BERITA

Detail Berita

Best Practice Pendidikan Mata Pelajaran Sejarah

Sabtu, 2 Maret 2024 07:21 WIB
1782 |   -

Sebagai seorang pendidik saya dituntut untuk menjadi guru yang profesional. Saya harus meningkatkan dan mengembangkan kompetensi keprofesionalan saya. Pada tahun 2024, saya telah menulis Best Practice berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Penjajahan Jepang Di Indonesia Kelas XI Ruang 3 di SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan Tahun Pelajaran 2023/2024.

BEST PRACTICE

 

Penerapan

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Berbantuan Role Playing

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Materi Penjajahan Jepang Di Indonesia

Kelas XI Ruang 3 di SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan

Tahun Pelajaran 2023/2024

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun oleh :

QOMARIAH, S.Pd

 

 

 

 

 

 

Dinas Pendidikan

Provinsi KalimantanTengah

SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan

Tahun 2024

 

 

ABSTRAK

 

Penerapan

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Berbantuan Role Playing

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Penjajahan Jepang Di Indonesia Kelas XI Ruang 3 di SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan Tahun Pelajaran 2023/2024

 

 

QOMARIAH, S.Pd

 

NIP. 19900823 202221 2 011

 

Permasalahan yang ingin dikaji dalam dalam penelitian ini adalah: (a) Apakah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa? (b) Bagaimanakah pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap motivasi belajar siswa?

Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa (b) Untuk mengungkap Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap motivasi belajar siswa .

Pembelajaran dilakukan dalam 1 kali pertemuan 2x45 menit dengan materi “Penjajahan Jepang di Indonesia”. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan Tes Hasil Belajar (THB) dalam bentuk PG berjumlah 10 soal untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

Dari hasil analisis didapatkan bahwa pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan Role Playing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa, yaitu 83,7 % serta tingginya persentase penilaian afektif/sikap siswa dan penilaian psikomotor/keterampilan siswa dan motivasi belajar siswa.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat berpengaruh positif terhadap motivasi dan peningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI Ruang 3 SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Sejarah.

 

 

 

PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH BEST PRACTICE

 

 

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama               : Qomariah, S.Pd

NIP                  : 19900823 202221 2 011

Jabatan                        : Guru Mata Pelajaran Sejarah

Judul laporan   : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan

  Role Palying Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Materi

  Penjajahan Jepang Di Indonesia Kelas XI Ruang 3 di SMAN 1 Mentaya Hilir

  Selatan Tahun Pelajaran 2023/2024

 

Menyatakan bahwa karya tulis BEST PRACTICE yang disusun seluruhnya asli hasil kerja

sendiri, bukan plagiat, dan belum pernah dipublikasikan dalam prosiding atau jurnal manapun.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari terbukti tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan.

 

 

Kotawaringin Timur,   Januari  2024

 

Mengetahui :

Kepala Sekolah                                               Guru Mata Pelajaran  

 

 

 

FATHURRAHMAN, S.Pd                           QOMARIAH, S.Pd

NIP. 19681119 199702 1 001                         NIP. 19900823 202221 2 011

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Best Practice ini yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Role Playing” untuk Meningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Penjajahan Jepang di Indonesia Kelas XI Ruang 3 di SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan Tahun Pelajaran 2023/2024” dapat terselesaikan pada waktunya.

Dalam penyusunan dan penyelesaian Best Practice ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Yth. Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Surabaya (UNESA)

Prof. Drs. Nasution, M.Hum., M.Ed., Ph.D.

  1. Yth Guru Pamong Ibu Derry Anggraeni Purwatiningsih, S.Pd
  2. Yth. Kepala SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan Bapak Fathurrahman, S.Pd
  3. Teman-teman PPG Dalam Jabatan Sejarah Angkatan 3 tahun 2023
  4. Yth. Rekan-rekan Guru SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan
  5. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan bantuan
  6. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai

 

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.

 

Kotawaringin Timur ,  Januari 2024

 

Penulis

 

                       

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Secara etimologis kata pembelajaran adalah terjemahan dari bahasa inggris yaitu “instruction”. Kata tersebut merupakan perkembangan dari istilah belajar-mengajar atau proses belajar-mengajar yang digunakan dalam dunia pendidikan formal (sekolah). Perkembangan istilah pembelajaran diiringi juga dengan perkembangan cara pandang terhadap makna atau pardigma yang terkandung di dalamnya.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Kondisi Pembelajaran yang selama ini saya alami sewaktu mengajar adalah guru menggunakan model pembelajaran yang monoton dan guru kurang optimal memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Hal ini terbukti pada saat pembelajaran berlangsung sebagian peserta didik kurang aktif ketika diberi kesempatan untuk bertanya dan banyak peserta didik yang kurang percaya diri menyampaikan pendapat di depan kelas. Berdasarkan data hasil belajar siswa berupa 63% siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Sumber : Hasil Penilaian sumatif tahun 2023.

Faktor penyebab motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik masih rendah adalah karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Model pembelajaran yang digunakan masih konvensional dan dominan menggunakan metode ceramah. Guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif, media pembelajaran kurang variatif, dan pembelajaran tidak menerapkan TPACK.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengambil judul “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantukan Role Playing dengan tugas akhir dalam bentuk media Video dan Google Drive untuk Meningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Penjajahan Jepang di Indonesia Kelas XI Ruang 3 di SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan Tahun Pelajaran 2023/2024”.

 
  1. Perumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI Ruang 3?
  2. Bagaimanakah pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap motivasi belajar peserta didik kelas XI Ruang 3?

 

  1. Tujuan Penelitian

Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

  1. Ingin mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI Ruang 3.
  2. Ingin mengetahui efektifitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas XI Ruang 3.

 

  1. Manfaat Penelitian
  1. Bagi  Guru  :  Guru-guru Sejarah perlu  memanfaatkan  Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dalam hal kualitas proses maupun kualitas hasil.
  2. Bagi Siswa : Penelitian ini bermanfaat bagi peserta didik karena dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan siswa dalam penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah.
  3. Bagi Sekolah : Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah sebagai referensi pembelajaran dan dinamisasi kegiatan belajar mengajar.

 

  1. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:

  1. Penelitian ini hanya dikenakan pada peserta didik Kelas XI Ruang 3.
  2. Materi yang disampaikan adalah Pendudukan Jepang di Indonesia.
 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

  1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real word). Pembelajaran dengan model ini merupakan pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu terhadap pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan (Hotimah, 2020 : 6).

 

  1. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Tujuan belajar dengan menggunakan problem based learning terkait dengan penguasaan materi pengetahuan, keterampilan menyelesaikan masalah, belajar multidisiplin dan keterampilan hidup. Pembelajaran dengan model problem based learning memungkinkan siswa untuk terlibat dalam mempelajari hal-hal, antara lain:

    1. Permasalahan dunia nyata
    2. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
    3. Keterampilan menyelesaikan masalah
    4. Belajar antardisiplin ilmu
    5. Belajar mandiri
    6. Belajar menggali informasi
    7. Belajar bekerjasama
    8. Belajar keterampilan berkomunikasi (Murniarti : 2021)
  1. Kelebihan Model Belajar Problem Based Learning

(Murniarti : 2021) menyatakan bahwa pembelajaran problem based learning memiliki beberapa kelebihan yaitu:

    1. Teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
    2. Dapat menantang kemampuan siswa.
    3. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
    4. Dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
    5. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan belajarnya bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, disamping itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
    6. Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja
    7. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
    8. Dapat mengembangkan kemampuan siswa.
    9. Dapat memberikan kesempatan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
    10. Dapat mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir
  1. Kelemahan Model Based Problem Based Learning (PBL)

Beberapa kelemahan dari model pembelajaran problem based Learning :

  1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencoba.
  2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
  3. Memerlukan waktu yang lama (Murniarti : 2021).
  1. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Dalam pembelajaran menggunakan model problem based learning berbantuan role playing ada beberapa tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya yaitu :

 

No

Langkah

Kegiatan Guru

1

Orientasi Masalah

  1. Menginformasikan tujuan
  2. Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka
  3. Mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah
  4. Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka

2

Mengorganisasikan Peserta didik untuk belajar

  1. Membantu siswa dalam menemukan konsep berdasarkan masalah
  2. Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar siswa aktif
  3. Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan
  4. Memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan masalah

3

Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

  1. Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas
  2. Mendorong dialog dan diskusi antar siswa
  3. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkitan dengan masalah
  4. Membantu siswa dalam merumuskan hipotesis
  5. Membantu siswa dalam memberikan solusi

4

Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

  1. Membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa (LKS)
  2. Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kerja

5

Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

  1. Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah
  2. Memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah
  3. Mengevaluasi materi (Hotimah, 2020 : 7).

 

Tabel 1 : Langkah-langkah PBL

 

  1. Hasil Belajar

Secara etimologis, maka penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek, dan untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Sehingga ciri dari penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria atau apa harusnya.

Nana Sudjana (2009:22) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemapuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalamaan belajarnya”. Horward (Nana Sudjana, 2009:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan, kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan perubahan-perubahan pada dirinya yang oleh Bloom (Nana Sudjana, 2009:22) secara garis besar hasil belajar dikelompokkan kedalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil-hasil yang diperoleh peserta didik dapat diukur atau diketahui berdasarkan perubahan perilaku sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan belajar dalam bentuk prestasi belajar.

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru (KBBI,1999:787). Hasil belajar juga diartikan sebagai perubahan prilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi dan atau strategi kognitif yang baru dan diperoleh peserta didik setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran.

Hal ini, menunjukan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individu secara sengaja yang dapat dievaluasi tinggi rendahnya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Secara umum, Rudi Susilana (2006:102) menjelaskan bahwa “hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada pada diri peserta didik dan faktor eksternal yaitu faktor yang berada diluar diri pelajar”. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

 

 

 

  1. Faktor internal, yang terdiri dari:
  1. Faktor fisiologis/jasmani individu yang bersifat bawaan, seperti penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
  2. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri dari:
  1. Faktor-faktor intelektual, meliputi: faktor potensial seperti intelegensi, dan faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
  2. Faktor-faktor non intelektual, meliputi: unsur-unsur kepribadian terentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
  1. Faktor kematangan fisik dan psikis.
  1. Faktor eksternal, meliputi:
  1. Faktor sosial, yaitu:
  1. lingkungan keluarga, seperti suasana rumah, didikan orang tua, relasi antar keluarga dan sebagainya.
  2. Lingkungan sekolah, seperti kurikulum, metode pemelajaran, waktu sekolah, relasi guru dan peserta didik, dan sebagainya.
  3. Lingkungan masyarakat, seperti kehidupan peserta didik dalam bergaul, masyarakat, media dan sebagainya.
  1. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
  2. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas belajar, fasilitas rumah dan iklim.
  3. Faktor spiritual seperti lingkungan agama.

 

Hasil belajar pada penelitian ini diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri peserta didik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar yang ditunjukkan dengan skor atau angka yang diberikan oleh guru. Hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan peserta didik secara sengaja dan disadari melalui proses belajar mengajar.

 

 

  1. Materi Pembelajaran
  1. Awal Pendudukan Jepang di Indonesia
  1. Pearl Harbour Porak Poranda

Tanggal 7 Desember 1941, terjadi peristiwa besar, yakni Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. Nah, aksi Jepang ini merupakan sebuah gerakan invasi militer yang kemudian dengan cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Sehingga di Januari-Februari tahun 1942, Jepang telah menduduki Filipina, Pontianak, Balikpapan, Palembang, Tarakan (Kalimantan Timur), dan Samarinda, yang mana waktu itu bangsa Belanda masih berada di wilayah Indonesia. Bahkan beberapa minggu kemudian, Jepang telah berhasil mendarat di Pulau Jawa, tepatnya di Teluk Banten pada tanggal 1 Maret 1942, kemudian juga di Kragan (Jawa Timur), dan di Eretan (Jawa Barat). Nah setelah itu, tanggal 5 Maret 1942 kota Batavia telah jatuh ke tangan Jepang, hingga akhirnya tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.

Penyerahan kekuasaan kepada Jepang oleh Belanda dilakukan melalui sebuah upacara di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Gubernur Jenderal Tjardaan Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten menjadi wakil Belanda dalam upacara tersebut, kemudian Jenderal Hitoshi Imamura menjadi wakil dari Jepang. Dengan berakhirnya upacara penyerahan tersebut, secara otomatis kemudian, Indonesia berada di bawah jajahan (pendudukan) Jepang. Dan dari sinilah penderitaan bangsa Indonesia memulai babak baru, dan kalian tentunya bisa membayangkan nasib bangsa Indonesia setelah itu.

Dimulainya penjajahan Jepang di Indonesia menjadi mimpi buruk bagi bangsa Indonesia. Politik imperialisme Jepang, bukan hanya berorientasi pada eksploitasi sumber daya alamnya saja, akan tetapi manusianya juga. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Sumber-sumber kekayaan alam Indonesia dan juga tenaga masyarakat Indonesia dikuras oleh Jepang. Untuk memenuhi semua kebutuhan perangnya. Jepang melakukan berbagai cara, mulai dari propaganda, janji-janji manis, hingga cara-cara kekerasan.

  1. Saudara Tua diterima di Indonesia

Masa awal kedatangan Jepang, dimana-mana terdengar ucapan “banzai- banzai” (selamat datang-selamat datang). Setiap kali Radio Tokyo memperdengarkan lagu Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang) maka juga akan terdengar lagu Indonesia Raya. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang, Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan Jepang itu menarik dan murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya.

Ternyata tentara Jepang pandai merayu, Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat (Belanda). Katanya Jepang juga akan membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia, Jepang akan memajukan dan menyatukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, dan rakyat Indonesia adalah “saudara muda” bagi Jepang. Jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”. Tahukah kamu apa itu gerakan 3A?

Gerakan 3A adalah gerakan yang dipropagandakan oleh tentara Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Gerakan 3A berisi Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia. (Nippon adalah sebutan lain negara Jepang, yang berarti ‘matahari’) Dengan segala bentuk propaganda manis tersebut, tidak heran jika kedatangan Jepang di masa- masa awal, disambut gembira oleh rakyat Indonesia. Jepang mendatangkan harapan bahwa Jepang benar-benar akan membebaskan Indonesia dari penjajahan. “Saudara tua” diterima baik oleh rakyat Indonesia. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sifat pendudukan Jepang memperlihatkan bentuk aslinya. Sifat baik yang diperlihatkannya di  masa awal, pelan-pelan bergeser menjadi praktek penjajahan yang kejam dan mendatangkan penyiksaan bagi rakyat Indonesia.

 

  1. Pemerintahan Militer dan Sipil Jepang di Indonesia

Kamu tahu nggak mengapa ketika Belanda menguasai Indonesia, kita menyebutnya dengan istilah imperialisme dan kolonialisme, namun ketika Jepang mengusai Indonesia disebut dengan pendudukan? Apa sih bedanya? Mau tahu?. Sebenarnya secara harfiah maknanya hampir sama yaitu menjajah dan menguasai, Tapi istilah ini digunakan pada saat Jepang menguasai Indonesia karena Jepang merebut dan berkuasa di Indonesia dengan sistem militer. Indonesia menjadi daerah basis pertahanan tentara Jepang dalam menghadapi perang dengan sekutu daalm Perang Dunia ke II. Nah sekarang sudah paham kan bedanya? Selanjutnya mari kita pelajari pembentukan pemerintahan militer Jepang di Indonesia Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh karena itu, pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer.

  1. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi Shudan) untuk Sumatra. Pusatnya di Bukittinggi.
  2. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
  3. Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar.

 

Pembagian administrasi wilayah pendudukan semacam itu tentu juga terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkan Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam undang- undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut.

  1. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
  2. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang.
  3. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang.

Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai berikut.:

  1. Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan (panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan. Panglima tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal Hitoshi
  2. Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala staf. Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Kantor pusat pemerintahan militer ini disebut Gun seikanbu. Di lingkungan Gun seikanbu ini terdapat empat bu (semacam departemen) dan ditambah satu bu lagi, sehingga menjadi lima bu. Adapun kelima bu itu adalah sebagai berikut.
  1. Somobu (Departemen Dalam Negeri)
  2. Zaimubu (Departemen Keuangan)
  3. Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan) atau urusan Perekonomian
  4. Kotsubu (Departemen Lalu Lintas)
  5. Shihobu (Departemen Kehakiman)

 

  1. Gunseibu (koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi:
  1. Jawa Barat : pusatnya di Bandung.
  2. Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.
  3. Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.

 

  1. Ditambah dua daerah istimewa (Kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta.

Kamu perlu tahu juga bahwa di dalam pemerintahan militer tersebut, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi Militer) dan menetapkan lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal masa-masa awal kedatangan Jepang, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio - radio Tokyo. kira-kira apa ya tujuan Jepang membentuk Kempetai? Lalu siapa yang dijadikan pimpinan Kempetai pada waktu itu?

Pada masa pendudukan Jepang, Jepang juga melakkan perubahan- perubahan berkiatan budaya. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan tarikh Sumera (tarikh Jepang), menggantikan tarikh Masehi. Waktu itu Tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun 2602 Sumera. Setiap tahun (mulai tahun 1942) rakyat Indonesia harus merayakan Hari Raya Tencosetsu (hari raya lahirnya Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan menggunakan Bahasa Jepang. Selain pemerintahan militer, Jepang juga membentuk pemerintahan sipil untuk medukung jalannya pemerintahan Jepang di Indonesia. Pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi. Dengan UU tersebut, pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah- daerah shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken (kabupaten), gun (kawedanan), son (kecamatan), dan ku (desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu. Kota mana saja ya yang dsbut sebagi Shi pada masa pendudukan Jepang ini?

Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu (bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi), dan Keisatsubu (bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra (otonomi). Daerah ini disebut tokubetsushi (kota istimewa), yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico. Pemerintah Jepang juga membentuk tonarigumi, yang pada masa sekarang ini kita kenal dengan Rukun Tetangga (RT). Tanorigumi ini digunakan oleh pemerintah Jepang untuk mengawasi gerak-gerik rakyat agar dapat dipantau oleh pemerintah Jepang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

 

Sebagai langkah pemecahan masalah hasil belajar peserta didik digunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran Sejarah pada materi Pendudukan Jepang di Indonesia, serta pembuatan Modul Ajar dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Kegiatan dilakukan di kelas XI Runag 3 SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan Tahun Ajaran 2023/2024 dengan jumlah siswa 35 orang. Pembelajaran dilakukan dalam 1 kali pertemuan 2 x 45 menit dengan materi “Pendudukan Jepang di Indonesia”. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan Tes Hasil Belajar (THB) dalam bentuk PG berjumlah 10 soal untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.

  1. Merekapitulasi hasil tes
  2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 75, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 75%.
  3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. HASIL BELAJAR

Pada kegiatan penilaian pembelajaran menggunakan assessment for learning atau penilaian selama proses pembelajaran. Penilaian yang dilakukan seperti penilaian pengetahuan, penilaian sikap, penilaian keterampilan dan penilaian motivasi belajar siswa serta agket refleksi pembelajaran. Penilaian pengetahuan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda (PG) sebanyak 10 soal setelah guru selesai mengevaluasi proses pemecahan masalah pada sintaks 5 model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Penilaian sikap menggunakan teknik observasi dengan instrumen berupa angket pada saat pembelajaran berlangsung, guru menilai sikap siswa yang mencerminkan profil pelajar pancasila pada proses pembelajaran terutama pada saat diskusi kelompok seperti menunjukan sikap kerjasama atau bergotong royong dan bernalar kritis. Penilaian keterampilan menggunakan rubrik dengan bentuk angket, pada saat peserta didik melakukan diskusi pemecahan masalah dan pada saat mempresentasikan hasilnya, guru melakukan penilaian di lembar observasi. Penilaian motivasi belajar siswa menggunakan rubrik dengan bentuk angket, guru melakukan penilaian pada saat peserta didik mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai pembelajaran berakhir. Angket refleksi pembelajaran diberikan guru berupa link angket yang diisi oleh peserta didik pada kegiatan penutup.

Berdasarkan analisis hasil belajar kelas XI Ruang 3 yang berjumlah 35 orang peserta didik diberikan soal evaluasi bentuk pilihan ganda 10 soal diperoleh nilai rata-rata 83,7 dengan KKTP 75 Sebanyak 30 orang peserta didik memperoleh nilai di atas KKTP predikat tuntas dengan persentase 85,7% dan terdapat 5 orang peserta didik yang memperoleh nilai dibawah dari KKTP predikat remedial pada bagian yang diperlukan dengan persentase 14,3%. Ketuntasan belajar klasikal sebesar 85,7% dan terdapat 16 peserta didik yang perlu pengayaan dengan persentase 45,7%, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah 50 . Data pada tabel (terlampir) menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah mengalami perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

 

 

 

 

 

 

Grafik Ketuntasan Pengetahuan Siswa (PPL 1)

100.00%

80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

 

0.00%  Data Siswa

 Tuntas   Tidak Tuntas

Dari Tabel diatas menunjukan dengan menggunakan model pembelajaran Problem based learning (PBL) terjadi perbaikan dalam pembelajaran di lihat dari perolehan siswa yang mencapai KKTP. Siswa cenderung mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar kelompok lebih hidup sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Kemudian dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri.

  1. Penilaian Sikap

 

Grafik Penilaian Afektif/Sikap Siswa

120

 

100

 

80

 

60

40

20

0

Data penilaian afektif/sikap

Bergotong-royong

 

Bernalar Kritis

 

 

 

Berdasarkan analisis grafik penilaian afektif/sikap siswa diatas, pada saat guru melaksanakan PPL yang dinilai pada saat siswa melakukan diskusi didalam kelompoknya pada proses pemecahan masalah sampai kelangkah penganalisisan dan mengevaluasi proses pemecahan masalah terdapat 100% siswa yang sudah menerapkan profil pelajar pancasila yaitu bergotong royong, artinya disini semua siswa sangat aktif dalam kerja sama, responsif, komunikatif, tanggap terhadap masalah yang ditimbulkan pada saat diskusi kelompok serta mereka juga sudah berkontribusi yang positif dalam kelompoknya masing-masing. Kemudian terdapat 80% siswa yang sudah menerapkan profil pelajar pancasila yaitu bernalar kritis, artinya disini siswa siswa mampu mencari informasi, menganalisis informasi, mempertanyakan ide-ide, dan mengembangkan pemahaman tentang topik yang dipelajari serta mampu menyelesaikan permasalahan dengan lebih efektif.

  1. Penilaian Psikomotor/Keterampilan Siswa

 

Grafik Penilaian Psikomotor/Keterampilan Siswa

 

150

 

100

 

50

 

0

Data penilaian psikomotor/keterampilan

 Mengecek kesusaian alat

 Melakukan percobaan dengan prosedur yang benar

 Mencatat dan mengorganisasi hasil percobaan

 Menganalisis hasil percobaan

 Mempresentasikan dan mendiskusikan hasil percobaan

 

Berdasarkan analisis grafik penilaian psikomotor/keterampilan siswa diatas, dimana guru melakukan penilaian keterampilan pada saat proses pembelajaran terutama saat diskusi kelompok 100% siswa dapat mengecek kesesuaian alat dan bahan percobaan, 100% siswa dapat melakukan percobaan dengan prosedur yang benar, 95% siswa dapat mencatat dan mengorganisasi data hasil percobaan dengan tepat dan benar, 80% siswa dapat menganalisis hasil percobaan dan membuat laporan sederhana dalam bentuk media canva yang benar dan mudah dipahami serta kreatif, serta 80% siswa dapat mempresentasikan hasil percobaan dan mendiskusikanya dengan kelompok lain di depan kelas.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini tidak hanya dapat meningkatan pengetahuan siswa saja, tapi juga meningkatan nilai sikap yang tercermin dalam profil pelajar pancasila serta keterampilan siswa dikarenakan siswa diajarkan untuk aktif, berfikir kritis, memecahkan masalah serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang dapat dilaksanakan secara berkelompok. Dan disini guru sebagai fasilitator memberikan bimbingan dan mengarahkan siswa untuk dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi.

 

 

  1. Motivasi Belajar

Peningkatan  hasil  belajar  siswa  dapat  dilihat  pada  tebel  penilaian  siswa  mengalami peningkatan, sikap gotong royong atau kerja sama dan berpikir kritis juga mendorong motivasi belajar siswa. Pada saat siswa melakukan kegiatan percobaan mereka terlihat aktif dan termotivasi untuk belajar. Keinginan siswa untuk berhasil telah muncul dari dalam diri siswa seiring dengan meningkatnya motivasi belajar mereka. Seluruh siswa aktif mengambil bagian dalam proses pemecahan masalah sehingga dapat menganalisi dan mengevalusai hasil pemecahan masalah.

Grafik Motivasi Belajar Siswa

120

100

80

60

40

20

0

 

 

Data penilaian psikomotor/keterampilan

 1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12

  1. PENILAIAN REFLEKSI

Setelah pembelajaran berakhir proses refleksi sangat penting karena untuk mengkaji dan memahami pengalaman belajar. Pada proses refleksi Peserta didik 100% merasa senang setelah belajar Sejarah dengan Model Problem Based Learning (PBL) berbantuan Role Playing

Grafik Refleksi Siswa

120

100

80

60

40

20

0

Data penilaian afektif/sikap

 Senang

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

  1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Sejarah.
  2. Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa, yaitu 85,7%. Penilaian afekstif/sikap siswa dilihat dari siswa tingginya persentase siswa sudah menerapkan propil pelajar pancasila yang dilihat dari gotong royong atau kerja sama, (100%) dan (80%) bernalar kritis. Serta untuk penilaian psikomotor/keterampilan siswa dilihat dari tingginya persentase 100 % untuk diskusi kelompok siswa dapat mengecek kesesuaian alat dan bahan percobaan, 100% siswa dapat melakukan percobaan dengan prosedur yang benar, 95% siswa dapat mencatat dan mengorganisasi data hasil percobaan dengan tepat dan benar, 80% siswa dapat menganalisis hasil percobaan dan membuat laporan sederhana dalam bentuk media canva yang benar dan mudah dipahami serta kreatif, serta 80% siswa dapat mempresentasikan hasil percobaan dan mendiskusikanya dengan kelompok lain di depan kelas.
  3. Peningkatan motivasi belajar siswa sekitar 80 %. Pada saat siswa melakukan kegiatan percobaan mereka terlihat aktif dan termotivasi untuk belajar. Keinginan siswa untuk berhasil telah muncul dari dalam diri siswa seiring dengan meningkatnya motivasi belajar mereka. Seluruh siswa aktif mengambil bagian dalam proses pemecahan masalah sehingga dapat menganalisi dan mengevalusai hasil pemecahan masalah.
  4. Pada proses refleksi Peserta didik 100% merasa senang setelah belajar Fisika Materi Hukum I Newton dengan Model Problem Based Learning (PBL)
  5. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggung-jawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
  6. Penerapan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.
 
  1. SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Sejarah lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

  1. Untuk melaksanakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
  2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
 

DAFTAR PUSTAKA

Arsyat, & Sulfemi, W. B. (2018). Metode Role Playing Berbantu Media Audio Visual Pendidikan Dalam Meningkatkan Belajar IPS. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Adica. (2022). Problem Based Learning (PBL) Menurut Beberapa Cendekiawan. Manajemen

Pendidikan (Silabus WEB ID).

Anadiroh, M. (2019). STUDI META-ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL). Jakarta: Repository UIN Jakarta.

Mulyana, A., & Sumarmin, R. (2019). Needs analysis to development of biology module based on problem solving at topics of respiratory and excretory systemf to student of seniorhigh school grade XI. Journal of Physics: Conference Series, 1317(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1317/1/012196

 

                               

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

 

Lampiran 1 : KEGIATAN PEMBELAJARAN

Adapun proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran dan penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) berbantukan Role Playing untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik sebagai berikut :

Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan yang dilakukan guru pada tahap pendahuluan meliputi salam, mengajak peserta didik berdoa, memeriksa kehadiran peserta didik, motivasi, apersepsi, dan menyampaikan pembelajaran hari ini dan tujuan pembelajaran.

  1. Salam

Guru mengucap salam kepada peserta didik, memeriksa keadaan kelas sekaligus memeriksa kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Memulai kegiatan dengan berdoa Bersama

Guru meminta salah satu peserta didik memipin teman-temanya berdoa

 
  1. Mengecek kehadiran Peserta didik

Guru mengecek kehadiran peserta didik dengan cara menanyakan kepada peserta didik menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Motivasi dan Apersepsi

Guru menayangkan video Jepang menyerang Pearl Harbour

Guru dan peserta didik melakukan apersepsi tentang pembelajaran yang berkaitan dengan materi Penjajahan Jepang di Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Pertanyaan Pemantik

Guru menanyakan pertanyaan pemantik terkait video

 

 

 
  1. Review Pembelajaran

Guru mengingatkan materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Menyampaikan tujuan  pembelajaran

Guru menyampaikan tujuan dan pembelajaran yang akan dicapai

 

 

Kegiatan Inti

Guru menerapkan sintaks model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantukan Role Playing untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik sebagai berikut :

  1. Orientasi Peserta Didik Terhadap Masalah

Guru mengarahkan peserta didik pada materi Pendudukan Jepang di Indonesia dan mengkonfirmasi terkait hasil dari tugas editing video bermain peran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Membimbing Penyelidikan Pesrta Didik Terhadap Masalah Secara Kelompok dan Individu

Peserta didik dibimbing untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang terdapat pada link LKPD dengan menggunakan bahan ajar dan buku sebagai bahan informasi tambahan.

 
  1. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok terhadap hasil video secara bergantian. Kelompok yang lain menyimak penyampaian hasil diskusi oleh kelompok yang tampil di depan kelas dan mengajukan saran atau masukan, sanggahan dan pertanyaan jika ada yang ingin ditanyakan.

 

 
  1. Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil Pemecahan Masalah

Guru mengevaluasi dan memberi penguatan terhadap hasil diskusi kelompok dan presentasi peserta didik. Guru memberikan apresiasi terhadap hasil presentasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan Penutup

  1. Guru dan Peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran

Peserta didik dipandu guru diminta untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Guru memberikan link refleksi pembelajaran dan emberikan Soal Evaluasi

Guru memberikan soal evaluasi dengan menggunakan barcode quizizz dan dikerjakan dirum

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya, dan menutup pembelajaran dengan doa

 

 

 

Lampiran 2 : MODUL AJAR

                                                                                                                                                                                                programsekolahpenggerak | Program Sekolah Penggerak

 

 

MODUL AJAR

FASE F

PENJAJAHAN JEPANG

 
 
 

 

 

 

SMAN 1 MENTAYA HILIR SELATAN TAHUN PELAJARAN 2023/2024

 

Pegangan Guru

QOMARIAH, S.Pd

Guru Sejarah di SMAN 1 Meyntaya Hilir Selatan Kab. Kotim, Prov. Kalimantan Tengah

 

 
   

 

 

 

 

KELAS

XI

 

 

 

 

 
   
 

 

 

            FASE F ( KELAS XI )            

 

  1. CAPAIAN PEMBELAJARAN

 

Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global. Melalui literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai peristiwa lain yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan Reformasi.

 

Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan/atau sekunder untuk melakukan penelitian sejarah secara diakronis dan/atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menjelaskan, menganalisis, dan mengevaluasi peristiwa sejarah, serta memaknai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

 

  1. ELEMEN CAPAIAN PEMBELAJARAN

 

Elemen Pemahaman Konsep

Keterampilan

Pada akhir fase kelas XI ini, peserta didik mampu mengembangkan

Konsep

konsep sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji peristiwa

Sejarah

sejarah;    mengidentifikasi    kiprah    orang-orang   atau                 kelompok

(Historical

masyarakat    dalam    menciptakan     dan    menggerakan                        sejarah;

Conceptual

mengidentifikasi peristiwa sejarah di Indonesia serta mengaitkan

Skills)

atau menghubungkannya dengan peristiwa sejarah di dunia pada

 

periode   yang    sama;   mengidentifikasi    dan   menganalisis                 pola

 

perkembangan, keberlanjutan, perubahan, dan pengulangan dalam

 

peristiwa     sejarah;     dan     mengembangkan     konsep                     diakronis

 

(kronologi) dan/atau sinkronis untuk mendeskripsikan peristiwa

 

sejarah.

 

Elemen Keterampilan Proses Sejarah

Keterampilan Berpikir Sejarah (Historical Thinking Skills)

Pada akhir fase Kelas XI ini, peserta didik mampu melakukan:

  1. Menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah secara diakronis (kronologi) yang menitikberatkan pada proses dan/atau sinkronis yang menitikberatkan pada struktur; menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah berdasarkan hubungan kausalitas; mengaitkan peristiwa sejarah dengan kehidupan sehari-hari; dan menempatkan peristiwa sejarah pada konteks zamannya.
  2. Menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah dalam perspektif masa lalu, masa kini, dan masa depan; menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan; memaknai nilai- nilai atau hikmah dari peristiwa sejarah.
  3. Menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global; mengaitkan hubungan antara peristiwa sejarah lokal, nasional, bahkan global.

Kesadaran Sejarah (Historical Consciousness)

Pada akhir fase kelas XI ini, peserta didik mampu Memahami fakta sejarah serta melihat keterkaitan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan; mengaitkan peristiwa sejarah dengan realitas sosialdan mengevaluasi peristiwa sejarah; memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah; mengembangkan minat untuk memperdalam atau melanjutkan studi ilmu sejarah atau pendidikan sejarah; mengembangkan kepedulian untuk mengunjungi dan menjaga benda-benda atau situs-situs peninggalan sejarah; dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan kesejarahan.

Penelitian Sejarah (Historical Research)

Pada akhir fase kelas XI ini, peserta didik mampu melakukan penelitian sejarah dengan menerapkan langkah-langkah mencari sumber (heuristik), kritik dan seleksi sumber (verifikasi), analisa dan sintesa sumber (interpretasi), dan penulisan sejarah (historiografi); menuliskan biografi tokoh-tokoh sejarah.

Keterampilan Praktis Sejarah (Historical Practice Skills)

Pada akhir fase kelas XI ini diharapkan peserta didik mampu membaca buku teks, buku referensi, dan internet; menuliskan dan menuturkan sejarah Indonesia yang berkaitan atau memiliki hubungan dengan sejarah dunia; mengolah informasi sejarah secara non digital maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, timeline, story board, infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain.

 

MODUL AJAR

  1. Informasi Umum
    1. Identitas Umum

 

1.

Nama Mata Pelajaran

Sejarah

2.

Nama Guru Mata Pelajaran

Qomariah, S.Pd

3.

Instansi

SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan

4.

Fase / Kelas

F / XI

5.

Jenjang

SMA

6.

Tahun Pelajaran

2023/2024

7.

Alokasi Waktu

2 x 24 Menit

8.

Mode Pembelajaran

Tatap Muka

9.

Sub Materi

Penjajahan Jepang di Indonesia

 

    1. Kompetensi Awal

Pada bab ini, peserta didik akan mempelajari periode penjajahan Jepang di Indonesia. Untuk memberi gambaran mengenai latar peristiwa, maka bab ini akan dimulai dengan pemaparan tentang berbagai peristiwa regional dan global yang melatarbelakangi masuknya Jepang dan jatuhnya Hindia Belanda. Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai tiga pemerintahan militer Jepang (Angkatan Darat ke-16 di Jawa dan Madura, Angkatan Darat ke-25 di Sumatera, dan Angkatan Laut di Indonesia Timur) yang berkuasa di Indonesia pada tahun 1942-1945 dan dampak pendudukan militer Jepang. Bab ini kemudian ditutup dengan materi tentang berbagai strategi para tokoh nasional maupun lokal dalam menghadapi Jepang, baik dengan cara bekerja sama maupun dengan perlawanan.

 

    1. Profil Pelajar Pancasila Mandiri

Peserta didik memiliki kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.

Bernalar Kritis

Peserta didik memiliki kemampuan memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan.

Kreatif

Peserta didik berinovasi dalam menentukan/menemukan rumus-rumus yang digunakan dalam pemecahan soal

 

    1. Sarana dan Prasarana

Alat tulis, LCD Proyektor, HP, komputer serta tayangan slide power point, video youtub penjajahan Jepang di Indonesia, dan media lain yang telah disiapkan.

Buku Siswa Sejarah XI, dan buku sejarah lain yang relevan, internet, dan lain- lain.

    1. Target Peserta Didik

Peserta didik reguler dengan jumlah peserta didik 34

    1. Metode/Model Pembelajaran yang digunakan:

Moda pembelajaran                       : Tatap Muka

Model pembelajaran                      : Problem Based Learning (PBL) Metode Pembelajaran          : Role Playing

 
  1. KOMPONEN INTI
    1. Tujuan Pembelajaran

Elemen

Keterampilan Proses

Capaian Pelajaran

Peserta didik mampu memahami materi Penjajahan Jepang di Indonesia dan melakukan pengkajian secara kritis.

Disamping itu peserta didik mampu menjelaskan kebijakan dan dampak penjajahan Jepang

Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran Problem Based Learning.

   Peserta didik mampu mengidentifikasi Penjajahan Bangsa Jepang melalui Role Playing.

   Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara Perang Pasifik dan jatuhnya Hindia Belanda ke tangan Jepang.

   Peserta didik mampu melakukan penelitian sejarah sederhana tentang berbagai dampak penjajahan Jepang di tingkat lokal atau nasional dan mengomunikasikannya dalam bentuk tekstual, visual, dan/atau bentuk lainnya.

   Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai strategi bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajahan Jepang

dan mengomunikasikannya dalam bentuk video

 

    1. Pemahaman Bermakna

Melalui Model Role Playing peserta didik akan lebih terampil dalam memahami penjajahan bangsa Jepang di Indonesia.

    1. Pertanyaan Pemantik
      1. Perang Dunia II tidak hanya terjadi di Eropa, melainkan juga di wilayah Asia Pasifik. Tahukah kalian mengapa Jepang bisa menjadi negara fasis dan melakukan penjajahan di Asia Pasifik pada Perang Dunia II?
      2. Mengapa Jepang menjajah wilayah Asia Pasifik?
    2. Kegiatan Pembelajaran
      1. Persiapan Pembelajaran

Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru memandu serta mengarahkan peserta didik untuk mengingat kembali materi sebelumnya. Peserta didik diminta untuk menyampaikan pengalaman belajarnya.

 

KEGIATAN PEMBELAJARAN (2 X 45 menit) PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA

Tahap

Kegiatan

Alokasi Waktu

 

 

 

Pendahuluan

  1. Peserta didik mengucapkan salam pada guru yang datang masuk kelas, dan guru menjawab salam, kemudian seorang peserta didik memimpin doa sebagai bentuk syukur telah diberikan kesehatan dan kesempatan untuk belajar. Doakan juga orang tua kerabat dan orang-orang yang di rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan nilai kemanusiaan peserta didik sebagai karakter Profil Pelajar Pancasila.
  2. Guru melakukan pengkondisian zona alfa dengan menyanyikan

lagu “Indonesia Pusaka”

 

 

 

15 Menit

 

 

3. Kemudian guru melakukan apersepsi warmer scene setting: peserta didik melihat tayangan video pengantar mengenai Penjajahan Jepang di Indonesia

https://youtu.be/iCe5H6H2b1E?si=Pelo9d0Rt6Em-NpD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Inti

Fase 1 : Orientasi Peserta Didik Pada Masalah Guru menampilkan video dan menjelaskan sekilas terkait penjajahan awal bangsa Jepang :

https://youtu.be/iCe5H6H2b1E?si=Pelo9d0Rt6Em-NpD

 

Fase 2 : Mengorganisasi Peserta Didik Untuk Belajar

 

Guru membagi peserta didik menjadi 3 kelompok pembagian tugas Role Playing, dalam kelompok terdiri dari 11-12 peserta didik

Guru memastikan setiap peserta didik dalam kelompok memilih dan mengetahui prosedur pembuatan proyek/produk yang akan dihasilkan

 

Fase 3 : Membimbing Penyelidikan Kelompok

 

Guru membimbing Peserta didik untuk berdiskusi dengan kelompoknya: Berkolaborasi (dimensi Profil Pelajar Pancasila; gotong royong) untuk memahami Kebutuhan dan Keinginan melalui proyek Role Playing dengan bantuan LKPD dan materi Peserta didik bergaya belajar auditory : mendengarkan melalui video/penjelasan langsung dari guru tentang Role Playing Peserta didik bergaya belajar visual : melihat infografis/artikel/video tentang Role Playing

Peserta didik bergaya belajar kinestetik : praktik alat peraga Role Playing (Diferensiasi Produk)

 

Fase 4 : Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

 

  1. Guru dan peserta didik membuat kesepakatan dan kontrak belajar tentang jadwal pembuatan proyek (tahapan-tahapan dan pengumpulan)
  2. Guru memantau keaktifan peserta didik selama melaksanakan proyek, memantau realisasi perkembangan dan membimbing jika mengalami kesulitan
  3. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi pemecahan masalah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

60 menit

 

 

4. Guru membimbing proses pemaparan proyek Role Playing, menanggapi hasil, selanjutnya guru dan peserta didik merefleksi/kesimpulan

 

Fase 5 : Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Guru membantu peserta didik melakukan analisis dan evaluasi mengenai Penjajahan Jepang di Indonesia

Guru dan siswa menyimpulkan laporan hasil diskusi.

 

 

 

Penutup

  1. Refleksi: Guru dan peserta didik melakukan refleksi diri dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan melalui google form.
  2. Guru memberikan penguatan belajar materi selanjutnya untuk membahas tugas kelompok
  3. Mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan syukur dan mengucapkan salam serta memberi motivasi peserta didik agar semangat belajar

15 menit

  1. ASSESMEN
    1. Asesmen sebelum pembelajaran (diagnostik kognitif dan non kognitif) : menggunakan kuosioner, survey
    2. Asesmen selama proses pembelajaran (formatif) : kuis, unjuk kerja, produk
    3. Asesmen pada akhir proses pembelajaran (sumatif) : tes tertulis

 

  1. PENGAYAAN DAN REMIDIAL
    1. Pengayaan adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan pada peserta didik dengan capaian tinggi agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Bagi siswa yang mengikuti pengayaan diberikan tambahan materi mengenai Penjajahan Bangsa Jepang
    2. Remidial diberikan kepada peserta didik yang membutuhkan bimbingan untuk memahami materi atau pembelajaran mengulang

 

  1. REFLEKSI PEMBELAJARAN

Guru dan peserta didik melakukan refleksi diri dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan melalui gform , yang berisi :

  1. Materi apa sajakah yang sudah dipelajari?
  2. Manfaat apa yang dapat diambil dari proses pembelajaran?,
  3. Materi apa sajakah yang belum dipahami?,
  4. Apakah model pembelajaran yang digunakan menyenangkan?
  5. Hal apa sajakah yang diinginkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang akan datang?

 

 

Mengetahui;                                                                                       Kotawaringin Timur,      Januari 2024

Kepala Sekolah SMAN 1 MHS                                                    Guru Mata Pelajaran Sejarah

 

 

 

FATHURRAHMAN, S.Pd                                                            QOMARIAH, S.Pd

NIP. 19681119 199702 1 001                                                      NIP. 19900823 202221 2 011

 

LAMPIRAN

 

  1. Bahan Bacaan Guru & Siswa Pertemuan 1 dan 2 Penjajahan Jepang di Indonesia
    1. Awal Pendudukan Jepang di Indonesia
  1. Pearl Harbour Porak Poranda

Tanggal 7 Desember 1941, terjadi peristiwa besar, yakni Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. Nah, aksi Jepang ini merupakan sebuah gerakan invasi militer yang kemudian dengan cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Sehingga di Januari-Februari tahun 1942, Jepang telah menduduki Filipina, Pontianak, Balikpapan, Palembang, Tarakan (Kalimantan Timur), dan Samarinda, yang mana waktu itu bangsa Belanda masih berada di wilayah Indonesia. Bahkan beberapa minggu kemudian, Jepang telah berhasil mendarat di Pulau Jawa, tepatnya di Teluk Banten pada tanggal 1 Maret 1942, kemudian juga di Kragan (Jawa Timur), dan di Eretan (Jawa Barat). Nah setelah itu, tanggal 5 Maret 1942 kota Batavia telah jatuh ke tangan Jepang, hingga akhirnya tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.

Penyerahan kekuasaan kepada Jepang oleh Belanda dilakukan melalui sebuah upacara di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Gubernur Jenderal Tjardaan Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten menjadi wakil Belanda dalam upacara tersebut, kemudian Jenderal Hitoshi Imamura menjadi wakil dari Jepang. Dengan berakhirnya upacara penyerahan tersebut, secara otomatis kemudian, Indonesia berada di bawah jajahan (pendudukan) Jepang. Dan dari sinilah penderitaan bangsa Indonesia memulai babak baru, dan kalian tentunya bisa membayangkan nasib bangsa Indonesia setelah itu.

Dimulainya penjajahan Jepang di Indonesia menjadi mimpi buruk bagi bangsa Indonesia. Politik imperialisme Jepang, bukan hanya berorientasi pada eksploitasi sumber daya alamnya saja, akan tetapi manusianya juga. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Sumber-sumber kekayaan alam Indonesia dan juga tenaga masyarakat Indonesia dikuras oleh Jepang. Untuk memenuhi semua kebutuhan perangnya. Jepang melakukan berbagai cara, mulai dari propaganda, janji-janji manis, hingga cara-cara kekerasan.

 

  1. Saudara Tua diterima di Indonesia

Masa awal kedatangan Jepang, dimana-mana terdengar ucapan “banzai- banzai” (selamat datang-selamat datang). Setiap kali Radio Tokyo memperdengarkan lagu Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang) maka juga akan terdengar lagu Indonesia Raya. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang, Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan Jepang itu menarik dan murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya.

Ternyata tentara Jepang pandai merayu, Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat (Belanda). Katanya Jepang juga akan membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia, Jepang akan memajukan dan menyatukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, dan rakyat Indonesia adalah “saudara muda” bagi Jepang. Jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”. Tahukah kamu apa itu gerakan 3A?

Gerakan 3A adalah gerakan yang dipropagandakan oleh tentara Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Gerakan 3A berisi Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia. (Nippon adalah sebutan lain negara Jepang, yang berarti ‘matahari’) Dengan segala bentuk propaganda manis tersebut, tidak heran jika kedatangan Jepang di masa- masa awal, disambut gembira oleh rakyat Indonesia. Jepang mendatangkan harapan bahwa Jepang benar-benar akan membebaskan Indonesia dari penjajahan. “Saudara tua” diterima baik oleh rakyat Indonesia. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sifat pendudukan Jepang memperlihatkan bentuk aslinya. Sifat baik yang diperlihatkannya di

 

masa awal, pelan-pelan bergeser menjadi praktek penjajahan yang kejam dan mendatangkan penyiksaan bagi rakyat Indonesia.

    1. Pemerintahan Militer dan Sipil Jepang di Indonesia

Kamu tahu nggak mengapa ketika Belanda menguasai Indonesia, kita menyebutnya dengan istilah imperialisme dan kolonialisme, namun ketika Jepang mengusai Indonesia disebut dengan pendudukan? Apa sih bedanya? Mau tahu?. Sebenarnya secara harfiah maknanya hampir sama yaitu menjajah dan menguasai, Tapi istilah ini digunakan pada saat Jepang menguasai Indonesia karena Jepang merebut dan berkuasa di Indonesia dengan sistem militer. Indonesia menjadi daerah basis pertahanan tentara Jepang dalam menghadapi perang dengan sekutu daalm Perang Dunia ke II. Nah sekarang sudah paham kan bedanya? Selanjutnya mari kita pelajari pembentukan pemerintahan militer Jepang di Indonesia Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh karena itu, pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer.

      1. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi Shudan) untuk Sumatra. Pusatnya di Bukittinggi.
      2. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
      3. Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar.

 

Pembagian administrasi wilayah pendudukan semacam itu tentu juga terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkan Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam undang- undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut.

  1. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
  2. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang.
  3. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang.

 

Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai berikut.:

  1. Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan (panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan. Panglima tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal Hitoshi
  2. Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala staf. Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Kantor pusat pemerintahan militer ini disebut Gun seikanbu. Di lingkungan Gun seikanbu ini terdapat empat bu (semacam departemen) dan ditambah satu bu lagi, sehingga menjadi lima bu. Adapun kelima bu itu adalah sebagai berikut.
    1. Somobu (Departemen Dalam Negeri)
    2. Zaimubu (Departemen Keuangan)
    3. Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan) atau urusan Perekonomian
    4. Kotsubu (Departemen Lalu Lintas)
    5. Shihobu (Departemen Kehakiman)
 
  1. Gunseibu (koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi:
    1. Jawa Barat : pusatnya di Bandung.
    2. Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.
    3. Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.

 

  1. Ditambah dua daerah istimewa (Kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta.

Kamu perlu tahu juga bahwa di dalam pemerintahan militer tersebut, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi Militer) dan menetapkan lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal masa-masa awal kedatangan Jepang, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio - radio Tokyo. kira-kira apa ya tujuan Jepang membentuk Kempetai? Lalu siapa yang dijadikan pimpinan Kempetai pada waktu itu?

Pada masa pendudukan Jepang, Jepang juga melakkan perubahan- perubahan berkiatan budaya. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan tarikh Sumera (tarikh Jepang), menggantikan tarikh Masehi. Waktu itu Tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun 2602 Sumera. Setiap tahun (mulai tahun 1942) rakyat Indonesia harus merayakan Hari Raya Tencosetsu (hari raya lahirnya Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan menggunakan Bahasa Jepang. Selain pemerintahan militer, Jepang juga membentuk pemerintahan sipil untuk medukung jalannya pemerintahan Jepang di Indonesia. Pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi. Dengan UU tersebut, pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah- daerah shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken (kabupaten), gun (kawedanan), son (kecamatan), dan ku (desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu. Kota mana saja ya yang dsbut sebagi Shi pada masa pendudukan Jepang ini?

Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu (bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi), dan Keisatsubu (bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra (otonomi). Daerah ini disebut tokubetsushi (kota istimewa), yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico. Pemerintah Jepang juga membentuk tonarigumi, yang pada masa sekarang ini kita kenal dengan Rukun Tetangga (RT). Tanorigumi ini digunakan oleh pemerintah Jepang untuk mengawasi gerak-gerik rakyat agar dapat dipantau oleh pemerintah Jepang.

 

Daftar Pustaka

Sulistyowati, Anik. 2020. Modul Pembelajaran Sejarah Indonesia. Jakarta:

Kemendikbud.

 

MEDIA PEMBELAJARAN

 

 
 
 

 

 

 

 

 

 
 
 

 

 

 

 

 

  1. Soal dan kisi-kisi
 

 

    • PENILAIAN SUMATIF SOAL: Penjajahan Bangsa Jepang

 

  1. Manakah diantara kondisi berikut ini yang bukan menjadi ciri Jepang sebelum era Restorasi Meiji?
    1. negara agraris yang miskin
    2. melakukan politik isolasi
    3. kaya akan sumber daya alam
    4. negara asing tidak tertarik dengan Jepang
    5. pemerintahan berdasarkan garis keturunan
  2. Pemerintah pendudukan Jepang secara resmi berkuasa di Indonesia menggantikan kedudukan Belanda sesuai keputusan ....
    1. Perjanjian Linggarjati
    2. Traktat London
    3. Konferensi Malino
    4. Perundingan Kalijati
    5. Perundingan Dalat
  3. Dampak positif masa pendudukan Jepang dalam bidang pendidikan adalah ... .
    1. sistem pendidikan di Indonesia meniru model pendidikan barat
    2. penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah
    3. melahirkan golongan terpelajar yang mempelopori pergerakan nasional di Indonesia
    4. diajarkannya tulisan kanji dan Hiragana
    5. munculnya tokoh-tokoh di bidang pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara
  4. Dalam bidang pemerintahan akibat yang ditimbulkan dari adanya pendudukan Jepang di Indonesia adalah ... .
    1. wilayah Indonesia di bawah kekuasaan militer
    2. kaisar memegang kendali utama di negeri jajahan
    3. membagi wilayah Indonesia menjadi 68 Karesidenan
    4. diterapkannya sistem pemerintahan atas dasar faham Fasisme
    5. dihapuskannya negara Boneka buatan Belanda
  5. Kedatangan Jepang ke Indonesia diterima oleh rakyat Indonesia karena...
    1. Jepang dari kawasan Asia
    2. Jepang menjanjikan kemerdekaan
    3. Jepang bertujuan mengusir imperialisme Barat
    4. Jepang mengaku sebagai saudara tua
    5. Jepang masih satu rumpun dengan Indonesia
  6. Langkah awal yang dilakukan oleh Jepang untuk menguasai Asia adalah...
    1. menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour
    2. merebut kekuasaan di Indonesia dari tangan Belanda
    3. menyerang pusat militer di Amerika Serikat
    4. merebut Cina dari tangan Inggris
    5. menguasai wilayah Hongkong
  7. 23. Pada tanggal 1 Maret 1942, Jepang berhasil mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa, yaitu …
    1. Eretan, Kalijati, dan Surabaya
    2. Kalijati, Banten, dan Ujung kulon
    3. Teluk Bayur, Kalijati, dan Tarakan
    4. Tarakan, Kragan, dan Jakarta
    5. Teluk Banten, Eretan, dan Kragan
  8. Pada masa pendudukan Jepang, pernyataan yang tepat mengenai stratifikasi sosial

masyarakat adalah …

    1. pribumi menempati lapisan terbawah
    2. lapisan kedua diduduki oleh golongan pribumi
    3. golongan pribumi menempati lepisan pertama
    4. golongan Timur Asing menempati lapisan paling atas
    5. lapisan paling atas ditempati oleh Belanda
 
  1. Berikut ini beberapa propaganda awal Jepang untuk menarik hati bangsa Indonesia,kecuali …
    1. mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya
    2. mengizinkan penggunaan bahasa Belanda
    3. memperbolehkan pengibaran bendera merah putih
    4. memberikan kemerdekaan secara bertahap
    5. melarang penggunaan bahasa Belanda

 

  1. Berikut ini adalah alas an para tokoh nasionalis menerima dengan baik kedatangan Jepang,

kecuali ….

    1. Selama masa penjajahan Belanda tokoh nasionalis di kekang
    2. Kepercayaan ramalan Jayabaya
    3. Jepang dating menjanjikan kemerdekaan
    4. Optimisme bangkitnya bangsa Asia
    5. Adanya kepentingan individu dari tokoh nasionalis
 
  1. Asesmen
    1. Asesmen Diagnostik

Diagnotis Non-Kognitif

Mengetahui keaktivan belajar siswa melalui observasi dan wawancara singkat Diagnotis Kognitif

Apa yang kalian ketahui tentang penjajahan Jepang?

(Diagnosis ini digunakanuntuk mengetahui kemampuan awal siswa)

    1. Asesmen Formatif

LKPD

Presentasi Unjuk Kerja

 

  1. Perangkat Asesmen

 

  • Rubrik Penilaian LKPD

 

Tingkat Pemahaman

Ciri Jawaban Siswa

Nilai

Paham Seluruhnya (P)

Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep

100

Paham Sebagian (PS)

Jawaban benar dan mengandung paling sedikit satu

80

konsepserta tidak mengandung suatu kesalahan konsep

 

Miskonsepsi Sebagian (MS)

Jawaban Memberikan sebagian informasi yang

70

benar tetapi juga menunjukkan adanya

kesalahan konsep dalam

menjelaskannya

Miskonsepsi (M)

Jawaban menunjukkan kesalahan

60

pemahaman yang mendasar tentang

konsep yang dipelajari

Tidak Paham (TP)

Jawaban salah, tidak relevan, hanya mengulang

50

pertanyaanserta jawaban kosong

 

  • Rubrik Presentasi

 

No

Aspek yang Dinilai

SB

B

C

K

1

Penguasaan materi

 

 

 

 

2

Kemampuan mengkomunikasikan

 

 

 

 

3

Kemampuan menjawab pertanyaan

 

 

 

 

 

INDIKATOR

  1. Penguasaan materi
    1. Sesuai dengan Rubrik LKPD

 

  1. Kemampuan mengkomunikasikan
    1. Siswa presentasi dengan membaca keseluruhan dan menghindari kontak mata dengan audien (<70)
    2. Siswa presentasi dengan memadukan membaca dan menjelaskan dengan tidakmenghindari kontak mata dengan audien (71-85)
    3. Siswa presentasi tanpa membaca dan menunjukan rasa kepercayaan diri dengan tidak menghindari kontak mata dengan audien (86-100)
 
  1. Kemampuan menjawab pertanyaan
    1. Siswa menanggapi pertanyaan dari kelompok lain tanpa menggunakan konsep yang dipelajari (<70)
    2. Siswa menanggapi pertanyaan dari kelompok lain dengan menggunakan konsep yang di pelajari (71-85)
    3. Siswa menanggapi pertanyaan dari kelompok lain dengan menggunakan konsep yang dipelajari dan mengkaitkan dengan pengalaman nyata (86-100)

 

  1. Keterangan Penilaian :

SB= Sangat Baik (poin nilai 90-100) B = Baik (poin nilai 80-89)

C =Cukup (poin nilai 70-79) K = Kurang (poin nilai <70)

Pedoman Skor Jumlah total : 4 = Nilai

  • Rubrik Penilaian Afektif

 

No

Sikap

Kriteria Penilaian

Strategi Penilaian

Deskripsi

Skor

1.

 

Peserta didik memiliki

 

Pengamatan aktivitas

 

 

kesadaran akan diri dan situasi

peserta didik dalam

 

 

yang dihadapi serta regulasi

diskusi,pengumpulan

 

Mandiri

diri

tugas dan kehadiran di

kelas

Selalu

4

 

 

Sering

3

 

 

 

Jarang

2

 

 

 

Sangat jarang

1

 

2.

 

Peserta didik memiliki

 

Pengamatan aktivitas peserta didik dalam diskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil

 

 

kemampuan memperoleh dan

 

 

memproses informasi dan

 

 

gagasan, menganalisis dan

 

 

mengevaluasi penalaran,

 

Bernalar Kritis

merefleksikan pemikiran dan

berproses berpikir dan mengambil kepitusan

 

 

Selalu

4

 

 

Sering

3

 

 

Jarang

2

 

 

Sangat jarang

1

 

  • Instrumen : Lembar Observasi

 

No

Nis

Nama Peserta Didik

Pengamatan Sikap

Mandiri

Bernalar Kritis

Catatan

1

5445

ABDUL AZIS

 

 

 

2

5449

ADELIA DWI MUSTIKA

 

 

 

3

5456

AHMAD ZAMRONI

 

 

 

4

5458

AIDA

 

 

 

5

5463

ANGGI ASRARIAH

 

 

 

6

5466

ARISKA DEWI

 

 

 

7

5468

ASRA MAJELI

 

 

 

8

5470

AZKA AZKIA

 

 

 

9

5480

ELVINDI

 

 

 

10

5482

FADEL KAMIL

 

 

 

11

5485

FAIRUS FAHMI

 

 

 

12

5492

FIRDAUS MUHAJIR YUSUF

 

 

 

13

5494

GUSTI NABILLA FIQRIAH

 

 

 

14

5496

HAKIM

 

 

 

15

5498

HASBY KHAIRURRIZKY

 

 

 

16

5501

HIKMAH LESTARI

 

 

 

17

5503

INDRA SETYAWAN

 

 

 

18

5504

IRA PUSPITA SARI

 

 

 

19

5512

LATIFAH FARDAH ZAKIYAH

 

 

 

20

5522

MAULA APRILIA

 

 

 

21

5525

MERLIANA EKA AUHAINA

 

 

 

22

5538

MUHAMMAD HAIKAL

 

 

 

23

5571

PAJRIANUR

 

 

 

24

5572

PANJI MULYA RAHMAN

 

 

 

25

5628

RAIHAN NAUFAL

 

 

 

26

5592

RIKA MAULIA SAPUTRI

 

 

 

27

5595

RIRIN AMELIA

 

 

 

28

5597

RISMA AULIA

 

 

 

29

5599

ROHANA

 

 

 

30

5600

ROSIHAN ANWAR

 

 

 

31

5604

SABLIANNUR

 

 

 

32

5612

SITI AISYAH

 

 

 

33

5614

SITI NURUL ALFIYAH

 

 

 

34

5623

WAFIDAH MATINAH

 

 

 

35

5627

ZAKIATUL HUSNA

 

 

 

             

 

 

 

 


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini