Masalah Pedagogik dalam Proses Belajar Mengajar yang Diidentifikasi di SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan dan Cara Mengatasinya
By Muaidah
Masalah yang terjadi pada Proses Belajar Mengajar tidak bisa dianggap sepele karena bisa mengakibatkan motivasi belajar menurun hingga anak bisa memutuskan untuk berhenti sekolah, hal ini sangat berdampak pada sekolah seperti jumlah siswa berkurang dan menghambat kemajuan sekolah karena orang tua beranggapan sekolah bukan wadah yang tepat untuk mendidik anak-anak mereka.
Masalah dalam belajar bukan satu-satunya masalah pada anak saat berada di lingkungan sekolah. Ada faktor lain yang dapat menyebabkan anak terlibat dalam suatu masalah, tapi pada bahasan ini saya lebih menekan masalah pada Proses Belajar Mengajar dalam suatu sekolah yaitu Pedagogik dan Pemilihan model pembelajaran yang inovatif
Pemilihan model dan metode pembelajaran kadang tepat untuk beberapa siswa kadang juga tidak tepat untuk beberapa siswa yang lain sehingga mnyebabkan terdapatnya sebagian siswa yang kurang memahami materi pelajaran hal ini diakibatkan karena sebagian guru belum benar-benar memberikan asesmen atau penilaian yang maksimal, guru masih menggunakan model pembelajaran yang monoton, guru jarang menggunakan pembelajaran di kelas berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill).
Berdasarkan Sumber kajian literatur berupa jurnal, wawancara dengan guru/ teman sejawat dan pakar yang menjadi pengawas di instansi tempat saya bekerja. Hal yang menyebabkan masalah itu terjadi karena berbagai macam penyebab bisa dari guru,siswa dan juga lingkungan.
Pertama saya bahas berdasarkan kajian literatur Menurut Nur Fadhilah Amir, Andi Andong dalam jurnal Kesulitan Siswa dalam Memahami Konsep Pecahan. Universitas IqraBuru,Indonesia.2022.https://ejournal.iainmanado.ac.id/index.php/jeer/article/view 48/130 adalah ketidakmampuan untuk mengingat nama-nama secara teknis, ketidakmampuan untuk menyatakan arti dari istilah yang mewakili konsep tertentu, ketidakmampuan untuk mengingat satu atau lebih kondisi yang diperlukan bagi satu obyek untuk menyatakan dengan satu istilah yang mewakilinya, ketidakmampuan untuk mengingat suatu kondisi yang cukup bagi suatu objek untuk dinyatakan dengan istilah yang mewakili konsep tersebut, tidak dapat mengelompokkan objek sebagai contoh suatu konsep dari objek yang bukan contohnya. Konsep sendiri sebisa mungkin dilakukan dengan melihat, dipegang, dan dimainkan, digambar, dan ditulisn (Fatimah, 2009). Ketidakmampuan siswa untuk menyimpulkan suatu informasi dari suatu konsep yang diberikan. Menurut Fitra Suci Arista,dkk.dalamAnalisisKesulitanBelajarFisikahttps://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/3643/3.fitra%20suci%20arista.pdf?sequence=1&isAllowed=y Ada dua factor yang mempengaruhui kesulitan belajar siswa yaitu factor internal dan factor eksternal. Faktor internal yang cukup berpengaruh pada kesulitan belajar fisika siswa terdapat pada aspek motivasi tepatnya pada indikator perhatian siswa terhadap pembelajaran fisika dan aspek bakat pada indikator kemampuan menyelesaikan soal fisika. Faktor eksternal yang cukup berpengaruh pada kesulitan belajar fisika siswa pada aspek metode guru tepatnya pada indikator penggunaan media pembelajaran Menurut Emma Zulfiana Ahmad, dkk. dalam Pengembangan Pocket Book Fisika Berbasis Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika XI.Unnes Physics Education Journal. 2020. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej yaitu pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari setiap pokok bahasan tanpa diikuti dengan pemahaman konsep, rendahnya pemahaman konsep siswa yang dilihat dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, saat pembelajaran berlangsung, siswa tidak aktif bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi dalam memahami serta mengerjakan soal dan rendahnya rasa ingin tahu siswa. Menurut Umar Samsudin dalam Jalinan Komunikasi Kerjasama Guru Dan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah. Indonesia.2022 https://stai-binamadani.e-journal.id/Alfikrah adalah komunikasi kerjasama yang terjalin antara guru dan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar siswa dilakukan dengan melalui jalur komunikasi formal dan nonformal, pengajian, dan keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak di rumah. Jalinan kerjasama guru dan orang tua bertujuan agar orang tua memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru. Sebaliknya, guru memperoleh keterangan keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan karakter siswanya. Menurut Aulia Fahma Balqis, dkk. dalam Analisis Faktor Minimnya Minat Membaca Siswa di Kelas VI SDIT Daarul Istiqlal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. 2021 https://jurnal.unimed.ac.id/2012/ index.php/ school/article/view/29137 adalah rendahnya minat membaca pada siswa disebabkan oleh faktor internal meliputi (1) gender, (2) faktor keinginan dari dalam diri sendiri dan (3) faktor media elektronik. Faktor eksternal meliputi (1) faktor keluarga, (2) faktor ekonomi, dan (3) lingkungan.
Kedua berdasarkan wawancara dengan teman guru di sekolah tempat saya mengajar menurut beliau yang menjadi penyebab masalah ini dalah Latar belakang siswa berasal dari keluarga yang kurang memberikan perhatian karena orang tua sibuk bekerja, siswa merasa kurang menarik dengan cara mengajar guru dikelas dan siswa kurang intens bealajar di rumah.
Ketiga berdasarkan wawancara via whatshapp dengan pakar Pendidikan beliau pengawas di sekolah kami walaupun sudah pensiun, beliau masih tidak tergantikan dan masih aktif membimbing kami. Menurut beliau hal yang menyebabkan permasalah ini terjadi karena lingkungan, perkembangan teknologi, sarana kurang memadai, suka copypaste,kurang motivasi, siswa memiliki kesulitan belajar,siswa tdk menyukai gurunya, media tdk sesuai, metode kurang tepat, malas membaca, kurang memanfaatkan media, dan faktor dalam diri siswa seperti sikap, psikologis serta pengaruh lingkungan luar.
Setelah dilakukan analisis terhadap sebagian siswa yang kurang memahami materi melalui berbagai sumber literatur dan wawancara, maka dapat ditentukan penyebab masalah yang sesuai dengan kondisi satuan pendidikan sebagai berikut:
- Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa
- Guru lebih banyak menggunakan model ceramah sebagai penyampaian materi
- Guru kurang berkolaborasi dengan sesama guru untuk menentukan model-model pembelajaran invotif yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, konten dan lingkungan sekolah
- Guru kurang siap dalam menerima perubahan model-model pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman
- Guru jarang menggunakan model- model pembelajaran yang inovatif
- Guru tidak menggunakan asesmen yang tepat
- Guru dan siswa kurang terbiasa menggunakan materi HOTS pada pembelajaran
Akar penyebab semangat belajar siswa SMA dalam pembelajaran masih rendah adalah dikarenakan cara mengajar guru kurang inovatif dan kontekstual sehingga hasil belajar siswa masih rendah Adapun cara mengtasinya yaitu guru harus berusaha memahami semua karakteristik siswa, menggunakan pembelajaran yang inovatif dan kontekstual.
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini