BERITA

Detail Berita

POLA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 MENTAYA HILIR SELATAN

Senin, 11 Maret 2024 19:10 WIB
188 |   -

POLA PENGEMBANGAN

PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS MASALAH

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA SMAN 1 MENTAYA HILIR SELATAN

(PATTERN DEVELOPMENT

PROBLEM BASED HISTORY LEARNING

TO IMPROVE LEARNING OUTCOMES

STUDENTS OF SMAN 1 MENTAYA HILIR SELATAN)

 

Qomariah1, Sumiatie2

1,2 Pendidikan Sejarah, Universitas PGRI Palangka Raya

Jl. Hiu Putih Palangka Raya

1Email: Iyahzahira@gmail.com

2Email: sumiatie.mpd@gmail.com

 

ABSTRAK

Penelitian ini mengangkat permasalahan: 1)Bagaimana pola pengembangan “Pembelajaran Berbasis Masalah” siswa di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan?. 2) Bagaimana “Pembelajaran Berbasis Masalah ”untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan?

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pola pengembangan pembelajaran berbasis masalah siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan. 2) Untuk mengetahui pembelajaran berbasis masalah dalam rangka meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan dengan populasi siswa kelas XII IPA 1 yang terdiri dari 33 siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis dan MC. Taggart. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi untuk mengambil data mengenai aktivitas dan hasil belajar sejarah berdasarkan aspek kognitif. Analisis data yang digunakan adalah deskripsi kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan dari siklus-ke siklus : 1) rata-rata pola pengembangan “Pembelajaran Berbasis Masalah termasuk kriteria sangat tinggi mengalami peningkatan, sedangkan yang termasuk kriteria cukup tinggi mengalami penurunan, 2) hasil dari “Pembelajaran Berbasis Masalah ”terutama mata pelajaran sejarah yang mencapai KKM mengalami peningkatan.

 

Kata Kunci: Pembelajaran berbasis masalah, Pembelajaran Sejarah

 

 

ABSTRACT

This research appoint the following problems: 1) how developing pattern of "Problem Based Learning" in class XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan students?. 2) How is "Problem Based Learning" to improve student learning outcomes in class XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan?

The objectives of this study were: 1) To determine the pattern of problem-based learning development on class XII IPA 1 of SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan  students. 2) To determine problem-based learning in order to improve student learning outcomes in class XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan.

This research was conducted at SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan with a population of students in class XII IPA 1 consisting of 33 students. The type of research used is Classroom Action Research (CAR) with the models of Kemmis and MC. Taggart. Data collection techniques use observation to retrieve data about historical learning activities and outcomes based on cognitive aspects. The data analysis used is a quantitative description.

The results showed that overall from cycle to cycle: 1) the development pattern average of "Problem Based Learning”, including very high criteria, has increased, while those included in the high enough criteria has decreased, 2) the results of "Problem Based Learning", especially history subjects that achieve KKM has increased.

 

keyword: Problem based learning, History Learning

 

 

 

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini, dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas. Sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru disampaikan oleh guru. Pada model “Pembelajaran Berbasis Masalah” berbeda dengan model yang lainnya.

Model Pembelajaran ini menyajikan berbagai masalah, memberikan pertanyaan dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model Pembelajaran ini menyajikan berbagai masalah, memberikan pertanyaan dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.

“Pembelajaran Berbasis Masalah” disingkat dengan model (PBM) adalah salah satu pembelajaran yang didukung oleh teori kontruktivisme, dimana teori itu  mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah di lingkungannya. Dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat memicu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mudah belajar mata pelajaran sejarah dengan efektif dan efisien“Pembelajaran Berbasis Masalah” disingkat dengan model (PBM) adalah salah satu pembelajaran yang didukung oleh teori kontruktivisme, dimana teori itu  mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah di lingkungannya. Dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat memicu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mudah belajar mata pelajaran sejarah dengan efektif dan efisien

Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Selain itu, pendidikan juga mengembangkan keterampilan siswa agar dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Proses pembelajaran di kelas sangat menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Selama observasi, peneliti menemukan permasalahan yang harus segera diatasi, agar tidak menjadi hambatan bagi siswa untuk belajar pada tingkatan yang lebih tinggi, terlebih dalam menjalani hidup dalam masyarakat.

Permasalahan tersebut yaitu kesulitan memecahkan masalah pada pembelajaran Sejarah di kelas XII IPA 1. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk bekerja sama dengan guru mata pelajaran untuk mengatasi kesulitan memecahkan masalah tersebut. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu “Model Pembelajaran Berbasis Masalah”. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Rusman (2011: 229) yang menyebutkan bahwa salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah “Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)”.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: merumuskan hipotesis, merancang percobaan atau pengamatan, mengumpulkan data, dan menganalisis data dan merumuskan kesimpulan. Pengembangan pola pembelajaran berbasis masalah dan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan di atas, peneliti memandang perlu untuk meneliti tentang “Pengembangan Pola Pembelajaran Sejarah Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas XII IPA 1 SMAN-1 Mentaya Hilir Selatan”.

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian penulis diantaranya yaitu: penelitian yang dilakukan oleh Lilik Farida (2007) yang berjudul “Penerapan Modelm Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas X-2 Semester II Tahun Ajaran 2006/2007 di SMA Negeri 2 Malang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah menyebabkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dapat meningkat. Peningkatan taraf keberhasilan penerapan model pembelajaran ini ditinjau dari aspek siswa dan guru masing-masing sebesar 25% dan 13% yang diperoleh dari selisih keberhasilan tindakan pada siklus I dan siklus II. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada masing-masing aspek, yaitu aspek keaktifan sebesar 12%, aspek penyelesaian tugas sebesar 17%, serta aspek diskusi sebesar 15%. Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu fokus tentang medel pembelajaran berbasis masalah. Perbedaan dengan penelitian ini adalah kajian dan lokasi penelitian. Penelitian Lilik Farida mengkaji motivasi dan aktivitas belajar siswa kelas X-2 di SMA Negeri 2 Malang. Penelitian ini mengkaji aktivitas dan hasil belajar sejarah siswa kelas XII IPA 1 di SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur.

Sukmadewi (2010:17) mengemukakan proses pembelajaran berbasis masalah memiliki karekteristik sebagai berikut:

  1. Belajar dimulai dengan suatu masalah
  2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
  3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu
  4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
  5. Menggunakan kelompok kecil dan menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja

Ariyana (2007), pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan masalah-masalah real kehidupan yang bersifat tidak terstruktur, terbuka, dan mendua. Pembelajaran berbasis masalah dapat membangkitkan minat siswa, nyata dan sesuai untuk mengembangkan intelektual serta memberikan kesempatan agar siswa belajar dalam situasi kehidupan nyata.

Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahunya pada pembelajaran mata pelajaran Sejarah. Untuk memastikan setiap siswa mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk. Adapun lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yaitu:

  1. Permasalahan sebagai kajian
  2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
  3. Permasalahan sebagai contoh
  4. Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
  5. Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik

Peran serta guru, siswa dan masalah dalam proses pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut:

Guru sebagai pengajar

Siswa sebagai pemecah masalah

Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi

    1. Bertanya tentang pemikiran
    2. Memonitor pembelajaran
    3. Menantang siswa untuk berpikir
    4. Menjaga agar siswa terlibat langsung
    5. Mengatur dinamika kelompok
    6. Menjaga berlangsungnya proses
    1. Peserta yang aktif
    2. Terlibat langsung dalam pembelajaran
    3. Membangun pembelajaran
    1. Menarik untuk dipecahkan
    2. Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari

 

Suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran berbasis masalah adalah pertanyaan berbasis mengapa (why) bukan sekedar bagaimana (how). Oleh karena itu, setiap tahap dalam pemecahan masalah, keterampilan siswa dalam tahap tersebut hendaknya tidak semata-mata keterampilan mengapa (how), tetapi kemampuan menjelaskan permasalahan dan bagaimana permasalahan dapat terjadi. Tahapan dalam proses pemecahan masalah digunakan sebagai kerangka atau panduan dalam proses belajar melalui proses pembelajaran berbasis masalah.

Namun yang harus dicapai pada akhir pembelajaran adalah kemampuannya untuk memahami permasalahan dan alasan timbulnya permasalahan tersebut serta kedudukan permasalahan tersebut dalam tatanan sistem yang sangat luas. Arends (2004) merinci langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dalam pengajaran. Arends mengemukakan ada lima fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan proses pembelajaran berbasis masalah.

Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-tahap praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah sebagaimana disajikan pada fase-fase berikut.

  1. Fase 1: Mengoreintasikan siswa pada masalah menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif  pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  2. Fase 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
  3. Fase 3 : Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.
  4. Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan video
  5. Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Penyelidikan dari pembelajaran berbasis masalah ini adalah, meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia harus mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

 

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan untuk mengatasai permasalahan-permasalahan yang ada selama pembelajaran di kelas yang diberikan tindakan secara sengaja, bertujuan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan mutu kualitas pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian model Kemmis dan Mc. Teggart, tujuannya yaitu apabila dalam pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat diajukan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.

Adapun kegiatan yang dilakukan selama penelitian menurut model Kemmis dan Mc Taggart meliputi:

  1. Penyusunan Rencana
  2. Tindakan
  3. Observasi
  4. Refleksi

Penelitian yang digunakan sebagai populasi adalah semua siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan yang berjumlah 33 siswa.

Metode Pengumpulan data menggunakan Penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Bogdan dan Guba, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Fraenkel dan Wallen menyatakan bahwa penelitian yang mengkaji kualitas hubungan, kegiatan, situasi, atau material disebut penelitian kualitatif, dengan penekanan kuat pada deskripsi menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu kegiatan atau situasi tertentu. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1. Metode Observasi
  2. Metode Angket
  3. Metode Wawancara
  4. Metode Dokumentasi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa lembar observasi dan soal tes hasil belajar sejarah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa lembar observasi dan soal tes hasil belajar sejarah.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar sejarah, hasil belajar sejarah, dan nilai karakter. Selain itu juga untuk menganalisis data tes hasil belajar sejarah. Berdasarkan hasil observasi, selanjutnya data dianalisis dengan cara dihitung semua indikator  yang muncul, kemudian hasil penjumlahan semua indikator tersebut dimasukkan dalam kriteria penilaian yang ditentukan oleh peneliti.

Analisis semua data akan dilakukan dari suatu siklus ke siklus berikutnya. Jika belum terdapat peningkatan, maka dilaksanakan siklus berikutnya. Tetapi, jika terdapat kenaikan pada data diasumsikan model pembelajaran berbasis masalah yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dapat meningkatkan aktivitas belajar sejarah, hasil belajar sejarah, dan nilai karakter.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Deskripsi Data Penelitian

1) Penyusunan Rencana

Pada tahap ini dilakukan persiapan dan perencanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Perencanaan yang telah dibuat dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran sejarah kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan dan dosen pembimbing. Disepakati bahwa dalam siklus I materi yang akan dipelajari yaitu mendeskripsikan menguatnya peran Negara dalam kehidupan masyarakat Orde Baru. Persiapan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

  1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi mendeskripsikan menguatnya peran Negara dalam kehidupan masyarakat Orde Baru yang telah divalidasi dosen pembimbing.
  2. Menyiapkan soal pre test dan post test tentang mendeskripsikan menguatnya peran Negara dalam kehidupan masyarakat Orde Baru yang telah divalidasi dosen pembimbing.
  3. Menyusun dan mempersiapkan permasalahan mengenai menguatnya peran Negara dalam kehidupan masyarakat Orde Baru yang telah divalidasi dosen pembimbing.
  4. Menyiapkan daftar kelompok diskusi siswa.
  5. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi aktivitas dan hasil belajar sejarah, serta nilai karakter yang telah divalidasi dosen pembimbing.
  6. Menyiapkan peralatan kamera untuk dokumentasi.
          1. Tindakan

Pertemuan pertama pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 OKtober 2017 pada jam pelajaran ke-2 dan 3 atau pukul 08.00-09.45 WIB, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2017 pada jam pelajaran ke-2 atau pukul 08.00-08.45 WIB. Adapun penjelasan dari pelaksanaan siklus I yaitu:

  1. Kegiatan Awal (30 menit)
  1. Membuka Pelajaran

Guru membuka pelajaran dengan salam dan do`a, memeriksa kehadiran siswa, mengecek kesiapan siswa, menyampaikan topik pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan rancangan penilaian, serta menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan.

  1. Apersepsi

Guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi merekontruksi perjuangan Bangsa Indonesia sejak Masa Orde Baru sampai Masa Reformasi, yaitu:

                1. Apa saja kegiatan pemenuhan kebutuhan yang telah kalian lakukan sebelum berangkat ke sekolah hari ini?
                2. Selama pemenuhan kebutuhan tersebut apakah kalian melakukan pengorbanan?
                3. Apakah seluruh bagian pendapatan yang kalian peroleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan?
  1. Guru melaksanakan pre test.
  1. Kegiatan Inti (70 menit)
  1. Mengorientasikan siswa terhadap masalah

Siswa disajikan topik permasalahan mengenai rekontruksi perjuangan Bangsa Indonesia sejak Masa Orde Baru sampai Masa Reformasi dan memotivasi mereka agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

  1. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Siswa dibantu guru mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Selain itu siswa juga diarahkan untuk memahami materi mengenai Masa Pemerintahan Orde Baru yang ada dalam buku maupun dari sumber lain yang relevan.

  1. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Siswa didorong untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan diskusi untuk mendapatkan strategi pemecahan masalah.

  1. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa diminta menyiapkan laporan hasil diskusi, bila diperlukan maka guru memberikan bantuan. Setelah ada kelompok yang selesai presentasi, siswa dari kelompok lain diberi kesempatan bertanya atau memberikan tanggapan.

  1. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Siswa bersama guru melakukan evaluasi atas hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan, kemudian membuat kesimpulan`

  1. Kegiatan Akhir (45 menit)
  1. Siswa didampingi guru membuat kesimpulan mengenai materi pembelajaran.
  2. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
  3. Guru memberikan penjelasan atas pertanyaan yang disampaikan siswa.
  4. Guru melaksanakan post test.
  5. Guru menyampaikan materi pada pertemuan berikutnya mengenai kronologi jatuhnya Pemerintahan Pemerintahan Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 1998 serta menutup pembelajaran dengan berdo`a dan mengucapkan salam.
          1. Observasi

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan pada siklus I, dimulai dari awal sampai dengan akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan peneliti dengan dibantu oleh seorang observer. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Data hasil observasi pada siklus I yakni sebagai berikut.

Tabel 20. Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Belajar Sejarah Siklus I

No

Kriteria Penilaian

Frekunsi (F)

Persentase (%)

1

Sangat tinggi

14 Siswa

42,42 %

2

Tinggi

14 Siswa

42,42 %

3

Cukup tinggi

5 Siswa

15,15 %

4

Rendah

0 Siswa

0,00 %

Jumlah

33

100 %

 Sumber: data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 20, pada siklus I sebagian besar aktivitas belajar sejarah termasuk dalam kriteria sangat tinggi yaitu 14 siswa (42,42%) dan 14 siswa (42,42%) termasuk dalam kriteria tinggi. Selain itu, terdapat sebagian kecil siswa yang aktivitas belajarnya termasuk kriteria cukup tinggi yaitu 5 siswa (15,15%), sedangkan dalam kriteria rendah tidak ada siswa yang termasuk dalam kriteria ini.

Tabel 21. Rata-rata Hasil Observasi Hasil Belajar Sejarah Siklus I 

No

Kriteria Penilaian

Frekunsi (F)

Persentase (%)

1

Sangat tinggi

20 Siswa

60,60 %

2

Tinggi

8 Siswa

24,24  %

3

Cukup tinggi

5 Siswa

15,15  %

4

Rendah

0 Siswa

0,00 %

Jumlah

33

100 %

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 21, pada siklus I sebagian besar hasil belajar sejarah termasuk kriteria sangat tinggi yaitu 20 siswa (60,60%) dan 8 siswa (24,24%) termasuk dalam kriteria tinggi. Selain itu, terdapat sebagian kecil siswa yang hasil belajarnya termasuk kriteria cukup tinggi yaitu 5 siswa (15,15%), sedangkan dalam kriteria rendah tidak ada siswa yang termasuk dalam kriteria ini.

Tabel 22. Rata-rata Hasil Observasi Nilai Karakter Siklus I

No

Kriteria Penilaian

Frekunsi (F)

Persentase (%)

1

Membudaya

17 Siswa

51,51 %

2

Mulai Berkembang

12 Siswa

36,36  %

3

Mulai Terlihat

4 Siswa

12,12  %

4

Belum Terlihat

0 Siswa

0 %

Jumlah

33

100 %

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 22, pada siklus I sebagian besar nilai karakter siswa termasuk kriteria membudaya yaitu 17 siswa (51,51%) dan 12 siswa (36,36%) termasuk dalam kriteria mulai berkembang. Selain itu, terdapat sebagian kecil siswa yang nilai karakternya termasuk kriteria mulai terlihat yaitu 4 siswa (12,12%), sedangkan dalam kriteria belum terlihat tidak ada siswa yang termasuk dalam criteria ini. 

          1. Refleksi

Refleksi merupakan langkah yang dilakukan setelah mengetahui hasil dari tindakan pada siklus I. Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I, penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang terintegrasi dengan pendidikan karakter sudah berjalan sesuai prosedur yang direncanakan. Walaupun demikian masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan sehingga pada siklus II dapat diperbaiki. Permasalahan tersebut antara lain berupa:

                  1. Tidak semua tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran berbasis masalah dapat dilakukan dengan baik oleh guru sejarah. Adapun tahapan yang belum dapat dilaksanakan dengan baik yaitu berupa membimbing penyelidikan individual dan kelompok, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
                  2. Kurangnya kemampuan guru sejarah dalam mengatur siswa yang jumlahnya banyak, merespon tanggapan siswa, dan menggunakan respon siswa sebagai acuan menuju tahapan pembelajaran berikutnya.
                  3. Jumlah siswa yang terlalu banyak menyebabkan daya serap terhadap materi pelajaran menjadi kurang optimal.
                  4. Kurangnya sarana pendukung berupa buku pegangan siswa dan sarana IT yang berupa LCD yang tidak sesuai standar yang dibakukan.

Berdasarkan beberapa permasalahan yang muncul pada siklus I tersebut, peneliti bersama guru sejarah merencanakan langkah-langkah perbaikan sehingga aktivitas belajar sejarah dapat optimal saat dilaksanakan siklus II.

            1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
  1. Penyusunan Rencana

Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, penyusunan rencana pada siklus II dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

                  1. Guru sejarah lebih mendalami mengenai tahapan model pembelajaran berbasis masalah dan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
                  2. Guru lebih meningkatkan kemampuan penguasaan tindakan kelas.
                  3. Siswa diberikan motivasi agar terlibat aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.
                  4. Siswa diberikan tugas untuk mencari materi ajar dari sumber lain. Selain itu, peneliti melaporkan kepada guru pembimbing perihal LCD yang tampilannya tidak baik (ada gangguan).

Pada pertemuan siklus II juga disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), latihan soal, permasalahan yang terkait dengan materi investasi, serta lembar observasi aktivitas belajar sejarah, hasil belajar sejarah, dan nilai karakter yang telah divalidasi oleh dosen pembimbing.

  1. Tindakan

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2017 pada jam pelajaran ke-2 dan 3 atau pukul 08.00-09.45 WIB, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2017 pada jam pelajaran ke-2 atau pukul 08.00-08.45 WIB. Adapun penjelasan dari pelaksanaan siklus II yakni sebagai berikut.

  1. Kegiatan Awal (30 menit)
  1. Membuka Pelajaran

Guru membuka pelajaran dengan salam dan do`a, memeriksa kehadiran siswa, mengecek kesiapan siswa, menyampaikan topik pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran dan rancangan penilaian, serta menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan.

  1. Apersepsi

Guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi mendeskripsikan proses pertumbuhan dan mobilitas penduduk pada Masa Orde Baru, yaitu:

                1. Apa yang kalian ketahui tentang mobilitas penduduk?
                2. Apa saja faktor yang menyebabkan mobilitas penduduk ?
                3. Apa yang kalian ketahui tentang Revolusi Hijau pada Masa Orde Baru?
  1. Guru melaksanakan pre test.
  1. Kegiatan Inti (70 menit)
  1. Mengorientasikan siswa terhadap masalah

Siswa disajikan topik permasalahan mengenai proses pertumbuhan dan mobilitas penduduk dan memberi motivasi kepada mereka agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

  1. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Siswa dibantu guru mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Selain itu siswa juga diarahkan untuk memahami materi mengenai mobilitas penduduk yang ada dalam buku maupun dari sumber lain yang relevan.

  1. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Siswa didorong untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksnakan diskusi untuk mendapatkan strategi pemecahan masalah,

  1. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa diminta menyiapkan laporan hasil diskusi, bila diperlukan guru dapat memberikan bantuan. Setelah ada kelompok yang selesai presentasi, siswa dari kelompok lain diberi kesempatan bertanya atau memberikan tanggapan.

  1. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Siswa bersama guru melakukan evaluasi atas hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan, kemudian membuat kesimpulan mengenai pertumbuhan dan mobilitas penduduk pada Masa Orde Baru.

  1. Kegiatan Akhir (45 menit)
                  1. Siswa didampingi guru membuat kesimpulan mengenai materi pembelajaran.
                  2. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
                  3. Guru memberikan penjelasan atas pertanyaan yang disampaikan siswa.
                  4. Guru melaksanakan post test.
                  5. Guru menyampaikan materi pada pertemuan berikutnya mengenai mendeskripsikan kronologi jatuhnya Pemerintahan Pemerintahan Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 1998 serta menutup pembelajaran dengan berdo`a dan mengucapkan salam.
  1. Observasi

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan pada siklus II, dimulai dari awal sampai dengan akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan peneliti dengan dibantu oleh seorang observer. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya. Perbandingan data hasil observasi pada siklus I dan II ditunjukkan dengan tabel berikut.

Tabel 23. Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Belajar sejarah Siklus I dan II

No

Kriteria Penilaian

Siklus I

Siklus II

Perubahan Siklus I ke II

F

%

F

%

F

%

1

Sangat Tinggi

14 Siswa

42,42%

21 Siswa

63,63%

7 Siswa

21,21%

2

Tinggi

14 Siswa

42,42%

9 Siswa

27,27%

-5 Siswa

-15,15%

3

Cukup Tinggi

5 Siswa

15,15%

3 Siswa

9,0%

-2 Siswa

-6,06%

4

Rendah

0 Siswa

0,00%

0 Siswa

0%

0 Siswa

0,00%

Jumlah

33 Siswa

100,00%

33 Siswa

100,00%

0 Siswa

00,00%

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 23, pada siklus II sebagian besar aktivitas belajar sejarah termasuk dalam kriteria sangat tinggi yaitu 21 siswa (63,63%), dibandingkan dengan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 7 siswa (21,21%). Selanjutnya, diikuti dengan kriteria tinggi yaitu 9 siswa (27,27%), dibandingkan dengan siklus I mengalami penurunan sebanyak 5 siswa (15,15%). Terdapat sebagian kecil aktivitas belajar sejarah yang termasuk dalam kriteria cukup tinggi yaitu 3 siswa (9,0%), dibandingkan dengan siklus I mengalami penurunan sebanyak 2 siswa (6,06%). Tidak ada siswa yang aktivitas belajarnya termasuk dalam kriteria rendah, baik pada siklus I maupun siklus II.

Tabel 24. Rata-rata Hasil Observasi Hasil Belajar Sejarah Siklus I dan II

No

Kriteria Penilaian

Siklus I

Siklus II

Perubahan Siklus I ke II

F

%

F

%

F

%

1

Sangat Tinggi

20 Siswa

60,60 %

24 Siswa

72,72%

4 Siswa

12,12%

2

Tinggi

8 Siswa

24,24  %

8 Siswa

24,24%

0 Siswa

0,00%

3

Cukup Tinggi

5 Siswa

15,15  %

1 Siswa

3,03%

-4 Siswa

-12,12%

4

Rendah

0 Siswa

0,00 %

0 Siswa

0%

0 Siswa

0,00%

Jumlah

33 Siswa

100,00%

 33 Siswa

100,00%

0 Siswa

00,00%

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 24, pada siklus II sebagian besar hasil belajar sejarah  termasuk dalam kriteria sangat tinggi yaitu 24 siswa (72,72%), dibandingkan dengan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 4 siswa (12,12%). Selanjutnya, diikuti dengan kriteria tinggi yaitu 8 siswa (24,24%), tidak ada perubahan jika dibandingkan dengan siklus I. Terdapat sebagian kecil hasil belajar sejarah yang termasuk dalam kriteria cukup tinggi yaitu 1 siswa (3,03%), dibandingkan dengan siklus I mengalami penurunan sebanyak 4 siswa (12,12%). Tidak ada siswa yang hasil belajarnya termasuk dalam kriteria rendah, baik pada siklus I maupun siklus II.

Tabel 25. Rata-rata Hasil Observasi Nilai Karakter Siklus I dan II

No

Kriteria Penilaian

Siklus I

Siklus II

Perubahan Siklus I ke II

F

%

F

%

F

%

1

Membudaya

17 Siswa

51,51 %

22 Siswa

66,66%

5 Siswa

15,15%

2

Mulai Berkembang

12 Siswa

36,36  %

9 Siswa

27,27%

3 Siswa

9,09%

3

Mulai Terlihat

4 Siswa

12,12  %

2 Siswa

6,06%

2 Siswa

6,06%

4

Belum Terlihat

0 Siswa

0 %

0 Siswa

0%

0 Siswa

0%

Jumlah

33 Siswa

100,00%

 33 Siswa

100,00%

0 Siswa

00,00%

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 25, pada siklus II sebagian besar nilai karakter siswa termasuk dalam kriteria membudaya yaitu 22 siswa (66,66%), dibandingkan dengan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 5 siswa (15,15%). Selanjutnya, diikuti dengan kriteria mulai berkembang yaitu 9 siswa (27,27%), dibandingkan dengan siklus I mengalami penurunan sebanyak 3 siswa (9,09%). Terdapat sebagian kecil nilai karakter siswa yang termasuk dalam kriteria mulai terlihat yaitu 2 siswa (6,06%), dibandingkan dengan siklus I mengalami penurunan sebanyak 2 siswa (6,06%). Tidak ada siswa yang nilai karakternya termasuk dalam kriteria belum terlihat, baik pada siklus I maupun siklus II.

  1. Refleksi

Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus II, penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang terintegrasi dengan pendidikan karakter sudah berjalan sesuai prosedur yang direncanakan. Walaupun demikian masih saja terdapat beberapa permasalahan seperti yang muncul pada siklus I sehingga harus diperbaiki pada siklus III. Permasalahan tersebut berupa:

  1. Masih adanya kekurang mampuan guru sejarah dalam merespon tanggapan siswa dan menggunakan respon siswa sebagai acuan menuju tahapan pembelajaran berikutnya.
  2. Terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas dalam mencari materi ajar dari sumber lain, sehingga siswa tersebut dalam mengikuti pembelajaran merasa kesulitan.

Berdasarkan beberapa permasalahan yang muncul pada siklus II tersebut, peneliti bersama guru sejarah merencanakan langkah-langkah perbaikan sehingga hasil belajar sejarah dapat optimal saat dilaksanakan siklus III.

            1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
  1. Penyusunan Rencana

Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus II, penyusunan rencana pada siklus III dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

                  1. Guru lebih meningkatkan lagi kemampuan penguasaan tindakan kelas.
                  2. Siswa diberikan lagi tugas untuk mencari materi ajar dari sumber lain, serta memberikan motivasi untuk mengerjakan tugas terutama bagi beberapa siswa yang pada siklus II tidak mengerjakan tugas.

Pada pertemuan siklus III juga disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), latihan soal, permasalahan yang terkait dengan materi pada siklus I dan siklus II, lembar observasi aktivitas belajar sejarah, hasil belajar sejarah, dan nilai karakter yang telah divalidasi dosen pembimbing.

  1. Tindakan

Pertemuan pertama pada siklus III dilaksanakan pada tanggal 08 Desember  2017 pada jam pelajaran ke-2 dan 3 atau pukul 08.00-09.45 WIB, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2017 pada jam pelajaran ke-2 atau pukul 08.00-08.45 WIB.

Adapun penjelasan dari pelaksanaan siklus III yaitu:

  1. Kegiatan Awal (30 menit)
  1. Membuka Pelajaran

Guru membuka pelajaran dengan salam dan do`a, memeriksa kehadiran siswa, mengecek kesiapan siswa, menyampaikan topik pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran dan rancangan penilaian, serta menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan.

  1. Apersepsi

Guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi mendeskripsikan kronologi jatuhnya Pemerintahan Pemerintahan Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 1998

 

 

  1. Guru melaksanakan pre test.
  1. Kegiatan Inti (70 menit)
  1. Mengorientasikan siswa terhadap masalah

Siswa disajikan topik permasalahan mengenai kronologi jatuhnya Pemerintahan Pemerintahan Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 1998 dan memotivasi mereka agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

  1. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Siswa dibantu guru mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Selain itu siswa juga diarahkan untuk memahami materi mengenai kronologi jatuhnya Pemerintahan Pemerintahan Orde Baru dan Lahirnya Reformasi 1998 yang ada dalam buku maupun dari sumber lain yang relevan.

  1. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Siswa didorong untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan diskusi untuk mendapatkan strategi pemecahan masalah.

  1. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya s

Siswa diminta menyiapkan laporan hasil diskusi, bila diperlukan guru dapat memberikan bantuan. Setelah ada kelompok yang selesai presentasi, siswa dari kelompok lain diberi kesempatan bertanya atau memberikan tanggapan.

  1. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Siswa bersama guru melakukan evaluasi atas hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan, kemudian membuat kesimpulan.

  1. Kegiatan Akhir (45 menit)
  1. Siswa didampingi guru membuat kesimpulan mengenai materi pembelajaran.
  2. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
  3. Guru memberikan penjelasan atas pertanyaan yang disampaikan siswa.
  4. Guru melaksanakan post test.
  5. Guru menyampaikan materi pada pertemuan berikutnya mengenai bank serta menutup pembelajaran dengan berdo`a dan mengucapkan salam.
  1. Observasi

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan pada siklus III, dimulai dari awal sampai dengan akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan peneliti dengan dibantu oleh seorang observer. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya.

Perbandingan data hasil observasi pada siklus II dan III ditunjukkan dengan tabel berikut.

Tabel 26. Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Belajar Sejarah Siklus II dan III

No

Kriteria Penilaian

Siklus II

Siklus III

Perubahan Siklus II ke III

F

%

F

%

F

%

1

Sangat Tinggi

21 Siswa

63,63%

31 Siswa

93,93%

10 Siswa

30,30%

2

Tinggi

9 Siswa

27,27%

2 Siswa

6,06%

-7 Siswa

-21,21%

3

Cukup Tinggi

3 Siswa

9,0%

0 Siswa

0%

-3 Siswa

-9,09%

4

Rendah

0 Siswa

0%

0 Siswa

0%

0 Siswa

0,00%

Jumlah

33 Siswa

100,00%

33 Siswa

100,00%

0 Siswa

00,00%

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 26, pada siklus III sebagian besar aktivitas belajar sejarah termasuk kriteria sangat tinggi yaitu 31 siswa (93,93%), dibandingkan dengan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 10 siswa (30,30%). Terdapat sebagian kecil aktivitas belajar sejarah yang termasuk kriteria tinggi yaitu 2 siswa (6,1%), dibandingkan dengan siklus II mengalami penurunan sebanyak 7 siswa (21,21%). Tidak ada siswa yang termasuk kriteria cukup tinggi, dibandingkan dengan siklus II mengalami penurunan sebanyak 3 siswa (9,09%). Selain itu, tidak ada pula siswa yang aktivitas belajarnya termasuk kriteria rendah, baik pada siklus II maupun siklus III.

Tabel 27. Rata-rata Hasil Observasi Hasil Belajar Sejarah Siklus II dan III

No

Kriteria Penilaian

Siklus II

Siklus III

Perubahan Siklus II ke III

F

%

F

%

F

%

1

Sangat Tinggi

24 Siswa

72,72%

30 Siswa

90,90%

6 Siswa

18,18%

2

Tinggi

8 Siswa

24,24%

3 Siswa

9,09%

-5 Siswa

-15,15%

3

Cukup Tinggi

1 Siswa

3,03%

0 Siswa

0%

0 Siswa

-3,03%

4

Rendah

0 Siswa

0%

0 Siswa

0%

0 Siswa

0,00%

Jumlah

33 Siswa

100,00%

33 Siswa

100,00%

0 Siswa

00,00%

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 27, pada siklus III sebagian besar hasil belajar sejarah termasuk kriteria sangat tinggi yaitu 30 siswa (90,90%), dibandingkan dengan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 6 siswa (18,18%). Terdapat sebagian kecil hasil belajar sejarah yang termasuk kriteria tinggi yaitu 3 siswa (9,09%), dibandingkan dengan siklus II mengalami penurunan sebanyak 5 siswa (-15,15%). Tidak ada siswa yang termasuk kriteria cukup tinggi, dibandingkan dengan siklus II mengalami penurunan sebanyak 1 siswa (-3,03%). Selain itu, tidak ada pula siswa yang hasil belajarnya termasuk kriteria rendah, baik pada siklus II maupun siklus III.

 

 

Tabel 28. Rata-rata Hasil Observasi Nilai Karakter Siklus II dan III

No

Kriteria Penilaian

Siklus II

Siklus III

Perubahan Siklus II ke III

F

%

F

%

F

%

1

Membudaya

22 Siswa

66,66%

32 Siswa

96,96%

10 Siswa

30,30%

2

Mulai Berkembang

9 Siswa

27,27%

1 Siswa

-3,03%

 -8 Siswa

-24,24%

3

Mulai Terlihat

2 Siswa

6,06%

0 Siswa

0%

-2 Siswa

-6,06%

4

Belum Terlihat

0 Siswa

0%

0 Siswa

0%

0 Siswa

0%

Jumlah

33 Siswa

100,00%

 33 Siswa

100,00%

0 Siswa

00,00%

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 28, pada siklus III sebagian besar nilai karakter siswa termasuk kriteria membudaya yaitu 32 siswa (96,96%), dibandingkan dengan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 10 siswa (30,30%). Terdapat sebagian kecil nilai karakter siswa yang termasuk kriteria mulai berkembang yaitu 1 siswa (-3,03%), dibandingkan dengan siklus II mengalami penurunan sebanyak 8 siswa (24,24%). Tidak ada siswa yang termasuk kriteria mulai terlihat, dibandingkan dengan siklus II mengalami penurunan sebanyak 2 siswa (6,06%). Selain itu, tidak ada pula siswa yang nilai karakternya termasuk dalam kriteria belum terlihat, baik pada siklus II maupun siklus III.

 

  1. Refleksi

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada siklus III secara keseluruhan sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus II. Pengelolaan kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan selama pembelajaran sejarah menggunakan model pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter ini dapat terlaksana dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari guru sejarah telah mampu merespon tanggapan siswa dan menggunakan respon tersebut sebagai acuan menuju tahapan pembelajaran berikutnya dengan baik. Selain itu, sebagian besar siswa telah mengerjakan tugas yang berupa mencari materi ajar dari sumber lain, sehingga mereka tidak kesulitan lagi mengikuti pembelajaran.

Peningkatan pada siklus III tidak terlepas dari adanya perbaikan yang telah dilakukan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus II. Perbaikan tersebut memberikan petunjuk yang lebih jelas kepada siswa mengenai pelaksanaan pembelajaran yang optimal.

 

  1. Hasil dan Pembahasan

Sebagaimana telah dibahas bahwa penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar sejarah, hasil belajar sejarah, dan nilai karakter. Berikut ini adalah pembahasan hasil penelitiannya.

  1. Peningkatan aktivitas belajar sejarah, ditunjukkan dengan tabel berikut.

Tabel 29. Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Belajar Sejarah pada Siklus I, II, dan III

No

Kriteria Aktivitas Belajar

Hasil Observasi

Perubahan Siklus I ke II

Perubahan Siklus II ke III

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1

Sangat Tinggi

42,42%

63,63%

93,93%

21,21%

30,30%

2

Tinggi

42,42%

27,27%

6,06%

-15,15%

-21,21%

3

Cukup Tinggi

15,15%

9,0%

0%

-6,06%

-9,09%

4

Rendah

0,00%

0%

0%

0,00%

0,00%

Jumlah

100,00%

100,00%

100,00%

00,00%

00,00%

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 29, rata-rata aktivitas belajar sejarah yang termasuk kriteria sangat tinggi secara keseluruhan mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Siklus I sebesar 42,42%, siklus II sebesar 63,63%, dan siklus III sebesar 93,93%. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 21.21%, sedangkan peningkatan dari siklus II ke III sebesar 30,30%. Perubahan aktivitas belajar sejarah dari siklus I sampai siklus III tersebut telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yang ditetapkan karena sebagian besar aktivitas belajar sejarah yang termasuk kriteria sangat tinggi telah melebihi 75%.

Berdasarkan kriteria aktivitas belajar sejarah, secara garis besarnya diperoleh peningkatan skor pada kriteria sangat tinggi dari siklus I sampai siklus III. model pembelajaran yang sesuai akan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Agus Suprijono (2012: 54) bahwa guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah yang sudah disiapkan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan model pembelajaran berbasis masalah. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rina Kusumaningsih (2008) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemampuan Menerapkan Nilai-nilai Sikap dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aktivitas belajar sejarah. Selain itu ada pula penelitian yang dikemukakan Lilik Farida (2007) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas X-2 Semester II Tahun Ajaran 2006-2007 di SMA Negeri 2 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada setiap aspek yang dinilai.

  1. Peningkatan hasil belajar sejarah, ditunjukkan dengan tabel berikut.

Tabel 30. Nilai Tes Hasil Belajar Sejarah pada Siklus I, II, dan III

No

Kriteria Hasil Belajar

Nilai Post Test

Perubahan Siklus I ke II

Perubahan Siklus I I ke III

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1

Mencapai KKM

40,00%

60,00%

94,29%

20,00%

34,29%

2

Tidak Mencapai KKM

60,00%

40,00%

5,71%

-20,00%

-34,29%

Jumlah

100,00%

100,00%

100,00%

0,00%

0,00%

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 30, nilai post test yang mencapai KKM secara keseluruhan mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Siklus I sebesar 40,00%, siklus II sebesar 60,00%, dan siklus III sebesar 94,29%. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,00%, sedangkan peningkatan dari siklus II ke III sebesar 34,29%. Perubahan hasil belajar dari siklus I sampai siklus III tersebut telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yang ditetapkan karena sebagian besar hasil belajar sejarah yang mencapai KKM telah melebihi 75% dari jumlah siswa yang mengikuti tes.

Hasil belajar sejarah dalam penelitian ini sesuai dengan teori mengenai proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas akan melibatkan dua subjek yaitu guru dan siswa yang akan menghasilkan suatu perubahan diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran (Eko Putro Widoyoko, 2009: 25). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Titik Nur Maharanti (2008) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran ini ketuntasan belajar secara keseluruhan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 34,21%.

  1. Peningkatan nilai karakter, ditunjukkan dengan tabel berikut.

Tabel 31. Rata-rata Hasil Observasi Nilai Karakter pada Siklus I, II, dan III

No

Kriteria Aktivitas Belajar

Hasil Observasi

Perubahan Siklus I ke II

Perubahan Siklus II ke III

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1

Membudaya

51,51 %

66,66%

96,96%

15,15%

30,30%

2

Mulai Berkembang

36,36  %

27,27%

-3,03%

9,09%

-24,24%

3

Mulai Terlihat

12,12  %

6,06%

0%

6,06%

-6,06%

4

Belum Terlihat

0 %

0%

0%

0%

0%

Jumlah

100,00%

100,00%

100,00%

00,00%

00,00%

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 31, rata-rata nilai karakter yang termasuk kriteria membudaya secara keseluruhan mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Siklus I sebesar 51,51%, siklus II sebesar 66,66%, dan siklus III sebesar 96,96%. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,15%, sedangkan peningkatan dari siklus II ke III sebesar 30,30%. Perubahan nilai karakter dari siklus I sampai siklus III tersebut telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yang ditetapkan karena sebagian besar nilai karakter membudaya telah melebihi 75%.

Berdasarkan kriteria nilai karakter, secara garis besar diperoleh peningkatan skor pada kriteria membudaya dari siklus I sampai siklus III. Nilai karakter dalam penelitian ini sesuai dengan teori mengenai pembelajaran harus berbasis pada pengembangan interaksi sosial karena sangat penting dalam pendidikan karakter anak bangsa yang mampu bersaing dan beretika. Pendidikan mengenai interaksi sosial bertumpu pada pembinaan mental agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan nyata (Jamal Ma`mur Asmani, 2011: 22-23). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Dwi Putri Ervina Ayu Sari (2013) dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran mengakibatkan peningkatan pendidikan karakter siswa sebesar 4%.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Pengembangan pola pembelajaran sejarah berbasis masalah yang terintegrasi dengan pendidikan karakter mampu meningkatkan aktivitas belajar sejarah. Dari 33 siswa, aktivitas belajar sejarah yang termasuk kriteria sangat tinggi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak 7 siswa (21,21%) dan dari siklus II ke siklus III sebanyak 12 siswa (33,33%).
  2. Pengembangan pola pembelajaran sejarah berbasis masalah yang terintegrasi dengan pendidikan karakter mampu meningkatkan hasil belajar sejarah. Dari 33 siswa, hasil belajar sejarah yang mencapai KKM mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak 4 siswa (12,12%) dan dari siklus II ke siklus III sebanyak 6 siswa (18,18%).
  3. Pengembangan pola pembelajaran sejarah berbasis masalah yang terintegrasi dengan pendidikan karakter mampu mengembangkan karakter siswa. Dari 33 siswa, nilai karakter yang termasuk kriteria membudaya mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak 5 siswa (15,15%) dan dari siklus II ke siklus III sebanyak 10 siswa (30,30%).

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Fathurrahman, S.Pd selaku Kepala Sekolah, Guru-guru dan staf tata usaha SMAN-1 Mentaya Hilir Selatan, yang sudah membantu dalam pengumpulan data dan informasi, serta Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Universitas PGRI Palangka Raya yang telah memberikan izin penelitian.

 

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2012. Metode dan Model-model Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Eko Putro Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Lilik Farida. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning  untuk Meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas X-2 Semester II Tahun Ajaran 2006/2007 di SMA Negeri 2 Malang. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

M. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran  Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Martinis Yamin. 2010. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Muhibbin Syah. 2012. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:  Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

            Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Rina Kusumaningsih. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Menerapkan Nilai-nilai Sikap Berekonomi dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa Kelas X MAN Mojokerto. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT  Remaja Rosdakarya Offset.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme  Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu  Perlu untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi

Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

 

 

 

 

 

 

 


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini